Rabu 29 Aug 2018 11:25 WIB

Defisit Perdagangan, Pertumbuhan Ekonomi AS Terhambat

Defisit perdagangan barang melebar tajam karena ekspor pertanian yang jatuh.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Friska Yolanda
Dolar AS
Foto: Wall Street
Dolar AS

EKBIS.CO, WASHINGTON -- Defisit perdagangan barang Amerika Serikat (AS) melebar tajam pada Juli karena ekspor produksi pertanian yang jatuh. Hal ini berpotensi menjadi hambatan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga.

Departemen Perdagangan mengatakan pada Selasa (28/8), kesenjangan perdagangan barang melonjak 6,3 persen menjadi 72,2 miliar dolar AS bulan lalu. Ekspor barang turun 1,7 persen menjadi 140 miliar dolar AS, terbebani oleh penurunan 6,7 persen dalam ekspor makanan, pakan dan minuman.

Hal itu mungkin mencerminkan  pembalikan ekspor kedelai setelah para petani mengirim panen mereka pada April dan Mei ke Cina sebelum pemberlakuan tarif oleh Beijing pada awal Juli. Seperti diketahui, AS dan Cina terlibat dalam perang dagang yang ditandai dengan tarif tit-to-tat.

Bulan lalu, AS juga mengalami penurunan ekspor barang modal dan barang konsumsi, meskipun ekspor kendaraan bermotor naik. Impor barang meningkat 0,9 persen menjadi 212,2 miliar dolar AS pada Juli, didorong oleh impor makanan, pasokan industri dan barang modal. 

Di sisi lain, terjadi peningkatan impor kendaraan bermotor namun impor barang-barang konsumsi turun. Pemerintah AS melaporkan bulan lalu perdagangan menyumbang 1,06 poin persentase ke laju pertumbuhan tahunan ekonomi 4,1 persen pada kuartal kedua.

Meskipun hambatan diantisipasi dari perdagangan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal Juli-September masih cenderung tetap solid. Departemen Perdagangan juga melaporkan pada Selasa bahwa persediaan grosir melonjak 0,7 persen pada Juli dan saham di pengecer meningkat 0,4 persen. Itu artinya, ketersediaan bisa memberikan dorongan untuk produk domestik bruto pada kuartal ini.

Ada likuidasi persediaan langsung di kuartal kedua. Akibatnya persediaan mengurangi titik persentase penuh dari pertumbuhan PDB pada kuartal April-Juni.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement