Rabu 05 Sep 2018 07:59 WIB

Dradjad: Rupiah Anjlok Lebih Cepat dari Perkiraan Analis

Anjloknya Rupiah akan menyulitkan banyak perusahaan dan rumah tangga.

Red: Joko Sadewo
Dradjad Hari Wibowo
Foto: istimewa/doc pribadi
Dradjad Hari Wibowo

EKBIS.CO, JAKARTA — Kurs rupiah dalam kondisi terendah ekonom INDEF khawatirkan efek bola salju ambruknya kepercayaan pasar. Kurs saat ini turun lebih cepat dari proyeksi para analis.

Ekonom INDEF Dradjad WIbowo mengatakan anjloknya kurs rupiah akan memiliki efek bola salju dan efek domino. Efek bola saljunya dari rendahnya kurs rupiah, bahkan lebih rendah dari kurs saat krisis 1998, akan mengancam ambruknya kepercayaan pasar.

“Bisa ambruk cepat seperti bola salju menggelinding,” kata Dradjad kepada Republika.co.id, Rabu (5/9).

Hal ini, menurut dia, terjadi disebabkan berbagai langkah jangka pendek yang diambil pemerintah, BI dan OJK terbukti gagal menjaga Rupiah. Cadangan devisa sudah anjlok hampir 14 milyar dolar AS selama Januari-Juli 2018 saja. 

"Per Agustus 2018, selama periode hanya 3 bulan, BI sudah 4 kali menaikan bunga reverse repurchase 7-hari. Suku bunga pinjaman makin mempersulit pelaku usaha. Berbagai klaim keberhasilan dan ketahanan ekonomi terbukti gagal meyakinkan pasar. Ini berpotensi membuat Rupiah makin terdepresiasi,” papar pakar ekonomi yang juga politikus PAN tersebut.

Efek dominonya, menurut Dradjad, anjloknya Rupiah akan menyulitkan banyak perusahaan dan rumah tangga. Mulai dari sektor perbankan hingga ritel dan makanan. Harga barang naik, dan seterusnya yang tidak perlu saya rinci.

Padahal banyak analis, terutama asing, yang sudah sejak Q1/2018 memproyeksikan Rupiah akan turun ke selang Rp 14900-15000 dalam jangka waktu 12 bulan. "Kepada klien saya, saya juga memberikan analisis yang sama. Jadi sebenarnya, Rupiah anjlok lebih cepat dan lebih besar dari proyeksi para analis. Ini lebih mengkhawatirkan,” papar Dradjad.

Demi kepentingan bersama, Dradjad menyarankan Presiden Jokowi mengambil langkah radikal. Selama ini, menurutnya, tim ekonomi  Jokowi lebih sibuk 'bicara ke media' dari pada 'kerja nyata' memperbaiki tiga defisit. Yaitu, defisit perdagangan, defisit transaksi berjalan dan defisit fiskal Indonesia.

Jika ada masalah, kata Dradjad, mereka sering menyalahkan kondisi global. Memang ada faktor global seperti kenaikan suku bunga the Fed, harga minyak, atau efek psikologis Turki. Tapi harusnya, pemerintah lebih fokus memperkuat kondisi dalam negeri.

"Jadi pak Jokowi, tolong rombak total tim ekonomi, ambil langkah jangka pendek yang lebih pro-bisnis, dan perbaiki defisit. Pasar sudah memvonis jelek tim ekonomi,” papar Dradjad.

Dradjad mengingatkan, anjloknya Rupiah juga bisa dijadikan bola politik untuk menyerang pemerintahan Presiden Jokowi di bidang ekonomi. Ini akan sangat besar pengaruhnya terhadap elektabilitas Jokowi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement