Rabu 05 Sep 2018 12:31 WIB

Rupiah Melemah, Yield Obligasi Bisa Mencapai 8,10 Persen

Saat ini imbal hasil dari SUN rata-rata sebesar 8,405 persen untuk keseluruhan tenor

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Selain saham dan reksadana, obligasi bisa menjadi salah satu sarana investasi.
Foto: Aditya Pradana P/Republika
Selain saham dan reksadana, obligasi bisa menjadi salah satu sarana investasi.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah membawa dampak pada imbal hasil (yield) obligasi. Analis obligasi MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra mengatakan tidak mengherankan jika yield Surat Utang Negara (SUN) telah mengalami kenaikan saat rupiah melemah.

"Skenario moderat kami untuk di akhir tahun 2018 imbal hasil SUN dengan tenor 10 tahun berada di level 7,65 persen dengan asumsi kurs rupiah kembali turun pada kisaran Rp 14.200-Rp 14.400 per dolar AS," katanya.

Untuk skenario pesimis, MNC Sekuritas memprediksi yield SUN dengan tenor 10 tahun berada di level 8,10 persen dengan asumsi nilai tukar rupiah di level Rp 14.700 per dolar AS. Nilai tukar rupiah pada Rabu (5/9) tercatat melemah ke level Rp 14.927 per dolar AS menurut data JISDOR.

I Made mengatakan rata-rata kenaikan yield SUN pada tahun ini adalah sebesar 200 bps atau dua persen dibandingkan dengan posisi pada akhir 2017. Saat itu, untuk SUN bertenor 10 tahun imbal hasilnya naik sebesar 208 bps ke level 8,404 persen.

Menurut data Bloomberg per Selasa (4/9), imbal hasil dari SUN rata-rata sebesar 8,405 persen untuk keseluruhan tenor. I Made menyampaikan pergerakan imbal hasil SUN saat ini memang lebih dipengaruhi faktor pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Menurutnya, hal itu tidak lepas dari faktor cukup besarnya porsi kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN). Investor asing ini sensitif terhadap stabilitas nilai tukar rupiah.

"Dan kalau kita lihat, kenaikan BI 7-Days Repo Rate lebih didorong oleh upaya Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nikai tukar rupiah dibandingkan dengan upaya menjaga laju inflasi," katanya pada Republika, Rabu (5/9).

Hingga Agustus 2018, laju inflasi masih sejalan dengan target inflasi Bank Indonesia yang sebesar 3.5 persen plus minus 1 persen. I Made menambahkan kenaikan BI 7-Days Repo Rate berpengaruh terhadap kenaikan imbal hasil dari SUN, terutama dengan tenor pendek.

"Kalau kita lihat ini tercermin pada kenaikan imbal hasil SUN bertenor pendek yang lebis besar dibandingkan dengan tenor panjang," katanya.

Menurut data imbal hasil SUN per 4 September 2018 dari Bloomberg, untuk tenor lima tahun, imbal hasil yakni 8,226 persen. Sementara untuk tenor 10 tahun sebesar 8,404 persen dan tenor 20 tahun sebesar 8,954 persen.

Stabilitas nilai tukar rupiah akan menentukan pergerakan imbal hasil dari SUN. Terkait ini MNC Sekuritas menyarankan beberapa langkah yang diprediksi dapat membantu kestabilan fluktuasi kurs.

I Made mengatakan telah melihat upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas rupiah. Diantaranya menaikkan suku bunga acuan dengan harapan akan menekan laju permintaan terhadap barang dan jasa terutama yang butuh terhadap barang impor.

Menurutnya, saat ini banyak kebutuhan barang dan jasa yang harus dipenuhi dari impor. Sementara besarnya impor berkontribusi pada melebarnya defisit neraca berjalan. Sehingga akhirnya wajar jika nilai tukar rupiah menjadi melemah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement