Rabu 05 Sep 2018 13:25 WIB

Pertumbuhan Ekonomi 2019 tak Dipatok Terlalu Tinggi

Kondisi ekonomi global belum stabil.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Menkopolhukam Wiranto (kedua kiri) bersama Menko PMK Puan Maharani (kiri), Menko Perekonomian Darmin Nasution (kedua kanan), dan Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan (kanan) mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (13/9).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Menkopolhukam Wiranto (kedua kiri) bersama Menko PMK Puan Maharani (kiri), Menko Perekonomian Darmin Nasution (kedua kanan), dan Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan (kanan) mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (13/9).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pada tahun depan pemerintah tidak akan mematok target pertumbuhan ekonomi terlalu tinggi. Keputusan ini diambil mengingat kondisi ekonomi global yang masih belum stabil.

Darmin menyatakan, paling tidak pada 2019 mendatang pemerintah hanya bisa mematok pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen. Padahal, pada awal pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan diprediksi menyentuh angka enam persen.

"Tahun depan, pemerintah merencanakan pertumbuhannya di 5,3 persen karena ekonomi global belum stabil, apalagi AS melakukan tekanan ke sana-kemari, termasuk perang dagang, sehingga muncul tekanan terhadap ekonomi global," ujar Darmin di DPR, Rabu (5/9).

Darmin tak menampik bahwa tekanan ekonomi yang terjadi saat ini memang sudah lebih dulu ada. Namun, kondisi yang berdampak langsung ke Indonesia makin parah dengan melonjaknya harga minyak mentah, sedangkan Indonesia adalah importir minyak.

"Tapi, kemudian karena dolar banyak, makanya itu tidak bisa dipertahankan terus-menerus, itu akan memukul ekonomi. Makanya, dia naikkan suku bunga untuk menarik dolar AS itu. Lalu, harga minyak mentah juga naik, makanya itu jadi luar biasa," ujar Darmin.

Karena itu, kata Darmin, upaya pemerintah untuk bisa menggenjot ekspor dan menekan impor adalah salah satu cara untuk menjaga nilai tukar. Posisinya saat ini, dengan menggerakkan dua komponen tersebut bisa menjaga neraca perdagangan Indonesia.

"Kami akan lihat seminggu dua minggu ini untuk melihat apa yang berhasil dicapai dalam ekspor, sebenarnya pertumbuhan ekonomi sudah membaik, tapi ekspornya masih lemah, apalagi tekanan global sedang tinggi. Karena impor juga naik, makanya neraca perdagangan tertekan. Apalagi juga, neraca transaksi berjalan memburuk, defisit," ujar Darmin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement