Ahad 30 Sep 2018 16:40 WIB

Menperin: Insentif Fiskal Tingkatkan Investasi Manufaktur

Pemerintah akan memberikan perlakuan khusus berupa pajak yang lebih rendah.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Elba Damhuri
Pekerja menaikkan mobil ke atas kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (14/9). Pemerintah menyatakan pembatasan impor otomotif dapat menggenjot produksi industri otomotif dalam negeri untuk kebutuhan domestik dan impor. Industri otomotif dalam negeri akan mendapat insentif fiskal.
Foto: Wahyu Putro/Antara
Pekerja menaikkan mobil ke atas kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (14/9). Pemerintah menyatakan pembatasan impor otomotif dapat menggenjot produksi industri otomotif dalam negeri untuk kebutuhan domestik dan impor. Industri otomotif dalam negeri akan mendapat insentif fiskal.

REPUBLIKA.CO.ID  JAKARTA -- Pemerintah terus berupaya memformulasikan skema insentif fiskal yang lebih menarik sesuai kebutuhan pelaku usaha saat ini. Fasilitas perpajakan dinilai mampu meningkatkan investasi sekaligus memacu pertumbuhan di sektor industri manufakur.

Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menilai gairah pelaku industri nasional untuk ekspansif sedang bagus lantaran didukung kebijakan pemerintah yang pro-bisnis. Ia menyampaikan beberapa insentif yang tengah ditunggu para pengusaha antara lain adalah  super deductible tax dan aturan terkait pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).

"Insentif super deductible tax akan diberikan kepada industri yang terlibat dalam program pendidikan vokasi serta melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) untuk menghasilkan inovasi,” ujar Airlangga.

Kementerian Perindustrian telah mengusulkan skema super deductible tax kepada Kementerian Keuangan. Bagi industri yang melakukan pelatihan dan pendidikan vokasi akan diberikan pengurangan pajak sebesar 200 persen, sedangkan industri yang melakukan kegiatan litbang atau inovasi mendapat pemotongan pajak sebesar 300 persen.

Penerapan super deductible tax sejalan dengan inisiatif di dalam roadmap "Making Indonesia 4.0." Artinya, kata Airlangga, pemberian fasilitas ini selain melengkapi insentif fiskal tax allowance dan tax holiday, akan mengakselerasi industri manufaktur nasional agar siap menuju revolusi industri 4.0.

Kemenperin juga telah mengusulkan harmonisasi skema PPnBM untuk mobil sedan dan kendaraan listrik, dengan menurunkan sampai menghapuskan tarifnya. Upaya ini guna mendongkrak produktivitas industri otomotif nasional supaya dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik hingga ekspor.

“Kami sedang menggenjot produksi sedan untuk memperluas pasar ekspor. Apalagi industri otomotif memang berorientasi ekspor dan prioritas dalam penerapan revolusi industri 4.0. Kami juga sedang fokus pada pengembangan produksi kendaraan listrik,” ungkap Airlangga.

Dalam skema baru ini, perhitungan PPnBM tidak lagi berbasis tipe kendaraan, ukuran mesin, dan peranti penggerak. Pajak akan diperhitungkan berdasarkan hasil pengujian emisi karbondioksida (CO2) dan volume silinder (ukuran mesin).

Batas emisi terendah, yakni 150 gram per kilometer dan tertinggi 250 gram per kilometer. Adapun PPnBM yang berlaku 0-50 persen. Semakin rendah emisi dan volume mesinnya, pajak yang dibayarkan semakin murah.

Pemerintah akan memberikan perlakuan khusus berupa pajak yang lebih rendah untuk kendaraan komersial serta kendaraan yang masuk program emisi karbon rendah (low carbon emission vehicle/LCEV). Juga, kendaraan bermotor hemat bahan bakar dan harga terjangkau (KBH2). PPNBM yang berlaku 0-30 persen.

Airlangga menyampaikan pemerintah akan mengeluarkan skema mini tax holiday bagi investor dengan nilai investasi di bawah Rp500 miliar. Dalam aturan itu, rencananya investor diberikan diskon pajak penghasilan (PPh) sebesar 60 persen.

“Insentif ini diharapkan dapat menumbuhkan sektor industri kecil dan menengah (IKM),” jelas Menperin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement