Rabu 07 Nov 2018 12:34 WIB

BI: Indeks Penjualan Riil Tumbuh 4,8 Persen

Pertumbuhan penjualan eceran masih didorong penjualan komoditas sandang

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang bertransaksi dengan pembeli di Pasar Senen, Jakarta. Berdasarkan Indeks Penjualan Riil (IPR) yang dirilis Bank Indonesia, penjualan eceran pada September 2018 tumbuh 4,8 persen year on year (yoy).
Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antar,
Pedagang bertransaksi dengan pembeli di Pasar Senen, Jakarta. Berdasarkan Indeks Penjualan Riil (IPR) yang dirilis Bank Indonesia, penjualan eceran pada September 2018 tumbuh 4,8 persen year on year (yoy).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI) mengindikasikan kinerja penjualan eceran pada September 2018 tetap optimis. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) September 2018 yang tumbuh 4,8 persen year on year (yoy).

Meski tidak setinggi pertumbuhan IPR Agustus 2018 yang sebesar 6,1 persen yoy. Hanya saja, BI menjelaskan kinerja penjualan eceran didukung oleh penjualan eceran pada subkelompok komoditas Sandang dan kelompok komoditas Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

Baca Juga

"Penjualan eceran diprakirakan tetap tumbuh positif pada Oktober 2018," kata BI melalui siaran pers yang diterima Republika, Rabu (7/11). Hal itu terindikasi dari pertumbuhan IPR yang diperkirakan tumbuh 3,9 persen yoy.

Pertumbuhan penjualan eceran, kata dia, diperkirakan masih didorong oleh penjualan sub kelompok komoditas Sandang. Selain juga didukung kelompok komoditas Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

Hasil survei juga mengindikasikan tekanan harga di tingkat pedagang eceran akan sedikit mengalami peningkatan dalam tiga bulan mendatang. "Indikasi tersebut tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 bulan yang akan datang sebesar 159,3 lebih tinggi dibandingkan hasil survei bulan sebelumnya," tutur BI.

Sebelumnya, Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Oktober 2018 mengindikasikan, optimisme konsumen tetap terjaga. Hal ini terindikasi dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2018 yang tetap berada dalam zona optimis di atas 100 yakni 119,2.

Hanya saja memang tidak setinggi IKK bulan September. Pada bulan sebelumnya sebesar 122,4.

"Tetap terjaganya optimisme konsumen terutama ditopang oleh terjaganya ekspektasi terhadap kondisi ekonomi ke depan," ujar BI. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pun tetap tinggi, ditopang ekspektasi penghasilan pada enam bulan mendatang.

Meski begitu, lebih rendahnya IKK terutama dipengaruhi oleh optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini. Pasalnya perekonomian kini cenderung menurun.

Penurunan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) terdalam terjadi pada persepsi konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja saat ini. BI mengatakan, tekanan kenaikan harga pada tiga bulan mendatang diperkirakan sedikit menurun dibandingkan bulan sebelumnya.

Hal itu didukung oleh persepsi positif konsumen terhadap ketersediaan barang dan jasa yang terjaga dan stabilnya harga BBM Subsidi. "Hasil survei juga menunjukkan ekspektasi konsumen terhadap tekanan harga akan terus mengalami penurunan pada 6 dan 12 bulan mendatang," kata BI.

Penurunan tersebut seiring distribusi barang yang lancar. Sekaligus meningkatnya ketersediaan barang, terutama kebutuhan pokok.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement