EKBIS.CO, JAKARTA -- Uji kelayakan penggunaan atau rail test B20 pada lokomotif telah selesai dan rampung setelah dilakukan selama enam bulan sejak 10 Februari hingga 10 Agustus 2018. Tes yang melibatkan berbagai instansi seperti Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Institute Teknologi Bandung (ITB) dan berbagai kementerian lembaga instansi terkait, menyimpulkan tidak ada masalah dalam penggunaan B20 untuk lokomotif kereta.
"Hasilnya oke, tiga yang dilihat itu bahan bakar (Lemigas), performance (BPPT) dan material (black campaign agar tak bergulir). Saya tidak kaget bahwa ini bagus. Kereta yang mesinnya lebih tahan banting rasa rasanya bisa menerima B20," kata Dirjen EBTKE, Rida Mulyana di Kantor EBTKE, Kamis (20/12). Dua jenis lokomotif keluaran dua pabrikan yang digunakan dalam perkeretaapian Indonesia yakni lokomotif produksi Electro-Moive Diesel (EMD) serta lokomotif keluaran General Electric (GE).
Slamet Suseno, Direktur Operasi PT Kereta Api Indonesia (KAI), menjelaskan, penggunaan B20 pada lokomotif sebenarnya sudah dimulai sejak 2016. Hanya saja, penggunaannya langsung menemui beberapa permasalahan.
"Terjadi penurunan kinerja, durasi penggantian filter meningkat, tambahan investasi untuk treatment, pecah nozzle juga pernah terjadi," papar Slamet.
Sementara itu, Taufik Suryantoro, Penanggung jawab kinerja mesin dalam uji rail test dari BPPT, menyatakan, berdasarkan data perbedaan power penggunaan B0 dan B20 pada notch 8 nilainya bervariasi atau memang terjadi perbedaan tipis (kurang dari tiga persen).
Selanjutnya untuk penggunaan B20 di lokomotif EMD penggunaan bahan bakarnya lebih banyak sekitar satu persen sampai empat persen dari penggunaan B0. Sementara untuk lokomotif GE, tidak ada perbedaan signifikan karena rata-rata paling tinggi perbedaan hany sekitar satu persen.
Lebih lanjut dia melanjutkan, dalam penerapan B20 dua tahun lalu memang diakui menemui masalah, terutama pada filter. Dia menjelaskan ada beberapa langkah yang harus dipersiapkan bagi lokomotif sebelum mulai menggunakan B20.
Pertama adalah melakukan pembersihan pada tangki bahan bakar. Karena sifat B20 yang berbeda maka pembersihan wajib dilakukan terlebih dulu. "Kemudian kita jaga kualitas bahan bakarnya, mungkin dulu tidak dijaga ada kemungkinan filter jadi cepat kotor,"ujar Taufik.
Selanjutnya untuk emisi pada lokomotif EMD yang menggunakan mesin dua tak, tidak ada perubahan signifkan bahkan rata-rata tingkat emisinya sama. Sementara untuk mesin lokomotif GE dengan mesin empat tak ada peningkatan dari sisi emisi yakni Nox yang meningkat sekitar 20 persen meskipun emisi CO2-nya turun sekitar 20 persen-30 persen.
"Itu pun Nox-nya bisa diturunkan dengan setting ulang disesuaikan dengan kondisi spesifikasi bahan bakar B20," ujar Taufik.