Selasa 08 Jan 2019 16:36 WIB

JK: Penguatan Rupiah karena Investasi Asing Mulai Masuk

Jika The Fed tidak menaikkan suku bunga, rupiah diperkirakan stabil.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolanda
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Jumat (9/11).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Jumat (9/11).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Pemerintah optimistis dapat menjaga penguatan rupiah terhadap dolar AS.  Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan salah satu pendorong penguatan rupiah, yakni adanya investasi asing yang mulai masuk. 

Bank Indonesia menaikkan suku bunga secara bertahap selama enam bulan terakhir dari 4,25 persen menjadi 6 persen. Di sisi lain, Jusuf Kalla menilai, faktor eksternal turut mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Yang dulunya keluar sekarang (investasi asing) kembali masuk lagi karena lebih tertarik dari pada itu. Di samping itu juga ekonomi Amerika tidak sekuat, banyak masalah-masalah, sehingga mereka lebih memilih untuk investasi keluar sehingga rupiah kita menguat," ujar Jusuf Kalla di kantornya, Selasa (8/1).

Baca juga, Rupiah Berpotensi Kembali ke Posisi Rp 13.800 per Dolar AS

Jusuf Kalla mengatakan, untuk menjaga penguatan rupiah pemerintah akan terus berupaya menjaga defisit perdagangan dan anggaran agar tidak terlalu besar. Selain itu, Jusuf Kalla berharap, Federal Reserve atau Bank Sentaral AS tidak kembali menaikkan suku bunga.

"Kalau (The Fed) tidak menaikkan bunganya maka cenderung akan stabil, maka orang akan investasi lagi," kata Jusuf Kalla. 

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution meyakini bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih memiliki potensi untuk terus mengalami penguatan. Sebab, mantan Gubernur Bank Indonesia tersebut menilai bahwa nilai tukar rupiah saat ini masih undervalued atau tidak sesuai dengan nilai fundamentalnya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement