EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto menjelaskan, saat ini tercatat ada 40 kargo gas alam cair (LNG) yang belum ada pembelinya (uncommited). Kargo-kargo tersebut, kata Djoko, merupakan produksi siap jual hingga 2025.
Adanya 40 kargo uncommited ini, kata Djoko, karena adanya kelebihan pasokan dari dua fasilitas gas utama yang dimiliki Indonesia saat ini, yaitu LNG Tangguh dan Bontang. Selama ini, LNG dijual ke pasar-pasar tradisional. Lima di antaranya Jepang, Amerika Serikat (AS), China, Korea Selatan, dan Singapura.
"Hingga 2025, masih ada 40 kargo yang belum terjual. Ini merupakan salah satu kelebihan produksi yang bisa kita manfaatkan," ujar Djoko di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (5/3).
Selama ini memang serapan dalam negeri, khususnya untuk gas alam cair (LNG), belum sepenuhnya maksimal. Tercatat, serapan LNG untuk pembangkit listrik mencapai 12,78 persen dari produksi nasional, industri sudah 36,19 persen, lalu untuk kebutuhan lifting minyak sebanyak 2,81 persen serta untuk penggunaan lainnya sebesar 8,52 persen.
Sedangkan, untuk produksi gas bumi yang diekspor dalam bentuk LNG mencapai 28,37 persen serta gas yang diekspor melalui pipa sebesar 11,33 persen dari produksi.
Pada tahun ini, SKK Migas mencatat produksi dari dua fasilitas gas utama. Kilang Bontang untuk tahun ini ditargetkan mampu memproduksi sebanyak 132 kargo dengan 93 kargo akan diekspor, sedangkan sisanya sebanyak 39 kargo untuk kebutuhan domestik.
Selain Bontang, Kilang Tangguh ditargetkan memproduksi sebanyak 120 kargo. Sebanyak 28 kargo untuk domestik dan 92 kargo untuk ekspor.