Jumat 17 May 2019 17:08 WIB

Menpar Sebut Harga Tiket Pesawat Masih Mahal

Mahalnya harga tiket pesawat menghambat perkembangan pariwisata Indonesia

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya mengikuti rapat koordinasi di Kabupaten Bandung. Kawasan wisata di Kabupaten Bandung diusulkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Jumat (17/5).
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya mengikuti rapat koordinasi di Kabupaten Bandung. Kawasan wisata di Kabupaten Bandung diusulkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Jumat (17/5).

EKBIS.CO, SOREANG -- Meski tarif batas atas (TBA) harga tiket pesawat sudah diturunkan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sebesar 12-16 persen. Namun Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menilai harga tiket pesawat masih mahal.

Imbasnya, kata Arief, kunjungan wisatawan di destinasi wisata menurun 30 persen. "Jadi satu, masih mahal benar," ujarnya kepada wartawan saat berkunjung ke Kabupaten Bandung, Jumat (17/5).

Baca Juga

Ia mencontohkan dulu harga tiket pesawat berbiaya muran atau low cost carrier (LCC) tarif batas atasnya Rp 1 juta. Namun yang dijual dipasaran adalah 50 persen diatas tarif batas bawah atau sekitar 35 persen.

"Yang dikenal orang, (harga tiket) Rp 500 ribu dari Jakarta-Surabaya. Tiba-tiba dulu dinaikan Rp 1 juta. Oleh kita (dianggap) naik 100 persen," katanya.

Akibat harga tiket pesawat yang mahal, dirinya mengatakan kunjungan wisatawan ke destinasi wisata yang menggunakan pesawat turun 30 persen. Menurutnya, kondisi tersebut menghambat perkembangan pariwisata yang ada di Indonesia.

"Tiap hari saya ketemu pak Budi Karya. Saya masih menginginkan tarif batas atas untuk low cost carier itu masih bisa diturunkan. Karena sepengetahuan saya, tarif batas atas yang low cost carrier bisa 85 persen dari tarif batas atas full servis seperti Garuda," katanya.

Arief menginginkan penurunan harga tiket pesawat saat ini bisa mencapai 30 persen. "Saya menginginkan itu dari 15 persen bisa 30 persen," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement