EKBIS.CO, BANDUNG -- Bisnis property di Jabar, beberapa tahun ini mengalami perlambatan. Pasalnya, dalam tiga tahun terakhir ini terjadi perlambatan ekonomi sehingga berdampak terhadap bisnis properti yang juga melambat hingga 25 persen.
Namun demikian, kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional 2 Jawa Barat Triana Gunawan, pertumbuhan kredit perumahan di wilayahnya masih tercatat positif. Hingga April 2019, porsi penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) mencapai 23,01 persen atau Rp 104 triliun. "Secara year on year (yoy) tumbuh 15,48 persen," katanya.
Angka kredit macet (NPL)-nya pun, kata dia, tergolong rendah yakni 2,7 persen. Ini menunjukkan hal positif. Dari sisi sebaran, menurutnya pertumbuhan KPR paling tinggi di Kabupaten Bogor yakni 141 persen yoy. "Di Kota Bekasi 24,7 persen, Kota Bandung 19,5 persen. Terendah di Tasikmalaya," katanya.
Triana membenarkan, permintaan akan rumah berukuran kecil lebih mendominasi. Masih berdasarkan catatannya, penyaluran KPR didominasi untuk rumah dengan tipe 22 hingga 70.
"Berdasarkan tipe, KPR paling banyak untuk tipe 22-70, yakni 75,8 persen atau Rp 78 triliun. Kalau tipe besar, 70 ke atas, 15 persen," katanya.
ebelumnya, menurut Ketua DPD REI Jawa Barat Joko Suranto, dalam tiga tahun terakhir ini terjadi perlambatan ekonomi sehingga berdampak terhadap bisnis properti. "Perlambatan bisnis property ini kami rasakan tahun ini sekitar 20 sampai 25 persen," ujar Joko dalam diskusi tentang pertumbuhan industri properti, di Bandung, Selasa (2/7).