EKBIS.CO, JAKARTA – Direktur Metodologi dan Informasi Badan Pusat Statistik (BPS) Ari Nugraha mengatakan, secara historikal musim kemarau sedikit banyak berpengaruh terhadap gejolak harga di pasaran lantaran sektor pertanian dan peternakan terdampak. Kendati demikian dia menuturkan, data tersebut secara lebih spesifik dimiliki di kementerian dan lembaga yang bersangkutan.
Ari mengatakan, pengaruh kemarau terhadap sektor pertanian dan perikanan setiap tahunnya juga dapat berubah seiring dengan adanya perubahan iklim. Tentunya hal itu, kata dia, sedikit banyak memberikan perubahan data sektoral dan data satu pintu yang dilaporkan kepada BPS.
“Kalau masalah kekeringan itu kan lebih ke something matter-nya, jadi data akuratnya ada di tiap sektor yang bersangkutan,” kata Ari saat ditemui Republika di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Kamis (4/7).
Dia menjelaskan, selayaknya pengaruh kemarau pada sektor pertanian dan peternakan yang mempengaruhi gejolak harga di pasaran juga perlu ditinjau dari sumber data utama dengan sumber-sumber data lainnya.
Berdasarkan catatan Kementerian Agraria dan Tata Ruang, luas lahan baku sawah pada 2013 seluas 7,75 juta hektare. Sedangkan pada 2018, berdasarkan hasil verifikasi luas lahan baku tersebut menyusut sebesar 7,1 juta hektare. Artinya, dalam kurun lima tahun terkahir di periode tersebut, terjadi penurunan luas lahan baku sawah sebesar 635 ribu hektare.
Dari catatan itu, luas panen padi pada 2018 berada di posisi 10,9 juta hektare. Dengan total luas panen tersebut, rata-rata indeks pertanaman berjumlah 1,53. Adapun realisasi total produksi gabah kering giling (GKG) berdasarkan catatan BPS pada 2018 sebesar 56,54 juta ton atau setara dengan 32,42 juta ton beras.