Ilustrasi struk belanjaan
Cermati.com – Inflasi itu istilah dari mahalnya harga barang dan jasa. Kebalikan dari deflasi yang berarti harga murah. Hingga pertengahan tahun ini, ternyata inilah yang menyebabkan inflasi.
Berdasarkan situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS) di bps.go.id, inflasi nasional hingga pertengahan tahun ini (Januari-Juni) sebesar 2,05%. Sedangkan inflasi di bulan Juni 2019 saja sebesar 0,55%.
Lalu, apa saja yang menyebabkan inflasi hingga paruh kedua tahun ini? Apa saja barang-barang yang menyebabkan terjadinya inflasi? Sebelum itu, simak ulasan Cermati.com seputar inflasi tengah 2019 ini.
Tak Semua Kota Diterpa Inflasi, 6 Kota ini Justru Deflasi
Ilustrasi inflasi dan deflasi
Dari 82 kota yang disurvei BPS, sebanyak 76 kota yang mengalami inflasi dan sisanya, 6 kota justru mengalami deflasi di bulan Juni 2019. Artinya, 76 kota itu harga-harga barang dan jasanya lebih mahal ketimbang 6 kota lainnya yang deflasi itu.
Dari semua kota tersebut, inflasi tertinggi ada di Manado 3,60% dan inflasi terendah di Singaraja 0,02%. Sedangkan kota yang mengalami deflasi tertinggi yaitu Tanjung Pandan -0,41% dan kota dengan deflasi terendah di Jayapura -0,08%.
Baca Juga: Uang Rp100 Ribu Sekarang Dapat Apa, Sih?
Mahalnya Barang-Barang ini Jadi Penyebab Inflasi
Ilustrasi belanja di supermarket
Sepertinya barang-barang kebutuhan pokok sejak dulu hingga sekarang masih jadi biang munculnya inflasi. Maklum saja, setiap orang pasti membutuhkan yang namanya bahan pokok.
Hukum ekonominya, saat barang diburu banyak orang sementara kebutuhan terbatas, maka otomatis harganya mahal. Istilahnya adalah permintaan dan penawaran (supply and demand).
Begitu juga dengan beberapa barang-barang kebutuhan pokok yang menyumbang inflasi hingga pertengahan 2019 ini. Apa saja barang-barang itu?
1. Bahan Makanan
Bahan makanan ini dari data BPS menunjukkan menyumbang inflasi 0,38% hingga pertangahan tahun ini. Bahan makanan ini merupakan bahan-bahan kebutuhan pokok yang diolah untuk menjadi makanan.
Bahan-bahan makanan itu seperti beras, sayuran dan buah-buahan, bumbu-bumbu dapur seperti bawang putih, bawang merah, serta lainnya, lalu minyak goreng, dan masih banyak lagi.
2. Makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau
Kelompok ini menyumbang inflasi 0,10% di tengah tahun 2019. Makanan jadi ini terdiri dari makanan-makanan yang sifatnya siap untuk di makan.
Begitu juga minuman yang ikut menyumbang terhadap inflasi tengah tahun ini, yakni beraneka macam minuman yang dijual mulai dari air mineral hingga minuman ringan (soft drink), dan lainnya.
3. Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
Untuk perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar hingga pertengahan tahun ini menyumbang inflasi 0,04%. Kebutuhan-kebutuhan pokok rumah tangga ini cenderung selalu memberikan andil inflasi dari tahun ke tahun.
4. Sandang
Bagaimana dengan sandang? Kebutuhan utama sekaligus sekunder ini menyumbang inflasi 0,05%. Sandang dikatakan kebutuhan utama setiap orang bila memang sangat butuh untuk digunakan.
Demikian juga dikatakan sekunder apabila ternyata kebutuhan sandang ini sudah tercukupi atau terpenuhi sebelumnya, namun masih memerlukan sebagai tampilan.
5. Kesehatan
Kelompok kesehatan tentunya merupakan kebutuhan utama setiap orang untuk tetap bisa beraktifitas dengan baik. Namun hingga pertengahan tahun ini tingkat inflasi dari sektor kesehatan relatif kecil. Kelompok kesehatan ini hanya menyumbang inflasi di Juni 2019 sebesar 0,01%.
6. Pendidikan, rekreasi, dan olahraga
Sementara itu, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga justru sumbangan terhadap inflasi di pertengahan tahun ini nihil. Artinya, andil terhadap inflasi justru 0,00%.
7. Transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan
BPS mencatatkan dari ketujuh kebutuhan kelompok pengeluaran masyarakat itu ternyata transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan justru menyumbang deflasi. Sumbangan transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan pada inflasi Juni 2019 -0,03%.
8. Harga diatur pemerintah
Komponen pendorong inflasi dari barang-barang yang harganya diatur pemerintah seperti beras, minyak goreng, daging, kedelai, jagung, gula pasir, dan lainnya. Komponen harga diatur pemerintah ini menyumbang deflasi ke inflasi Juni tahun ini yakni -0,02%.
9. Komponen Energi
Komponen energi disebut harga bergejolak, yang artinya harganya berfluktuatif seperti bahan bakar minyak (BBM) dan sejenisnya. Komponen energi ini hanya menyumbang 0,00% di inflasi pertengahan tahun ini.
10. Inti
Komponen inti di pertengahan tahun ini menyumbang inflasi Juni 2019 sebesar 0,22%. Komponen inti ini seperti nilai tukar, harga-harga komoditas internasional, dan lainnya.
Baca Juga: UMP 2019 Naik: Berapa Besar Gaji yang Bisa Ditabung?
Semakin Mahal Suatu Barang dan Jasa, Makin Tinggi Angka Inflasinya
Ilustrasi kaget melihat harga mahal
Bank Indonesia (BI) dan pemerintah sendiri menargetkan tingkat inflasi tahun ini sebesar 3,5% plus minus 1% bisa dicapai. Teorinya, semakin mahal harga-harga barang dan jasa yang ada dan beredar di masyarakat, maka makin tinggi pula tingkat inflasi yang bakal dicatatkan Badan Pusat Statistik (BPS).
Ketika tingkat inflasi yang dicatatkan BPS tinggi artinya beban masyarakat dalam menanggung harga-harga kebutuhan tinggi dan memberatkan. Masyarakat menjerit. Dari data BPS itulah yang nantinya otoritas BI maupun pemerintah mengambil langkah atau kebijakan yang bisa menstabilkan harga.
Baca Juga: Pilihan Produk Investasi yang Tahan Terhadap Inflasi