Jumat 09 Aug 2019 07:55 WIB

Masuk Top 30 Global Startup, Jakarta Setara dengan Seoul, Moscow, dan Tokyo

Jakarta merupakan penantang kuat sebagai kota ekosistem startup potensial di dunia.

Rep: Agus Aryanto(Warta Ekonomi)/ Red: Agus Aryanto(Warta Ekonomi)
Masuk Top 30 Global Startup, Jakarta Setara dengan Seoul, Moscow, dan Tokyo. (FOTO: Agus Aryanto)
Masuk Top 30 Global Startup, Jakarta Setara dengan Seoul, Moscow, dan Tokyo. (FOTO: Agus Aryanto)

Menurut laporan berjudul Global Startup Ecosystem Report 2019 (GSER) yang dirilis oleh Startup Genome pada Mei 2019, Jakarta merupakan penantang kuat (challenger) sebagai kota dengan ekosistem startup potensial di kancah global atau The Next Top 30 Global Startup. Jakarta setara dengan kota-kota besar seperti Seoul, Moscow, dan Tokyo.

Salah satu indikasi pertumbuhan positif tersebut karena Jakarta merupakan rumah bagi empat perusahaan dengan nilai valuasi lebih dari US$1 miliar (unicorn), yakni Tokopedia, Go-Jek, Traveloka, dan Bukalapak.

Lahirnya empat unicorn ini merupakan jumlah yang cukup signifikan mengingat di Asia Tenggara hanya ada tujuh startup yang berhasil masuk ke jajaran unicorn (termasuk empat startup asal Indonesia tersebut).

Baca Juga: Waduh! Startup Unicorn Ini Bakal Bangkrut

Startup Genome memposisikan Jakarta sebagai ekosistem startup dalam fase late-globalization. Ini berarti Jakarta sebagai sebuah ekosistem startup digital memiliki posisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang berada pada fase early-globalization dan activation.

Startup Genome menilai Indonesia memiliki tingkat adopsi teknologi internet dan mobile yang sangat tinggi, terlihat dari 75% dari transaksi belanja online dilakukan menggunakan perangkat mobile.

Menanggapi laporan tersebut, Deputi Insfrastruktur Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf), Hari Santoso Sungkari mengatakan, ekosistem perusahaan rintisan terus mengalami pertumbuhan positif yang berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi di banyak negara. Kota-kota di dunia pun berlomba-lomba menjadikan dirinya sebagai rumah yang nyaman bagi pertumbuhan startup.

Menurutnya, pemerintah Indonesia semakin berkomitmen dalam pengembangan industri digital melalui sebuah visi Indonesia: The Digital Energy of Asia. Bekraf melalui visi Membangun Ekosistem dan Memberdayakan Pelaku Ekonomi Kreatif, berupaya membangun ekosistem dengan cara mengenali para stakeholders dan memfasilitasi agar terjadi kolaborasi di antara pihak-pihak yang berkepentingan.

Untuk kepentingan itu pula Bekraf bersama Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) memulai inisiatif untuk membawa kota-kota di Indonesia masuk ke jaringan ekosistem startup global melalui laporan Accelerating Indonesia to Global Startup System dan rencana kajian Indeks Kota Startup Indonesia (Startup City), yakni kajian indeks yang menunjukkan level kesiapan kota-kota di Indonesia sebagai ekosistem yang mendukung pertumbuhan startup-startup digital.

"Indonesia adalah negara dengan jumlah startup terbanyak di Asia Tenggara, setidaknya ada 1.091 yang aktif, dan empat di antaranya berstatus unicorn dengan nilai lebih dari US$1 miliar, yang jumlahnya juga terbanyak di kawasan Asia Tenggara," ungkap Hari.

Karena itu, menurutnya, Indonesia perlu membangun ekosistem startup bertaraf global untuk menghasilkan lebih banyak startup yang akan memberikan kontribusi terhadap ekonomi, khususnya ekonomi kreatif dan ekonomi digital.

Dalam membangun ekosistem ekonomi kreatif, termasuk untuk subsektor aplikasi dan pengembang permainan, pemerintah selalu melibatkan aktor lain dari akademisi, pelaku bisnis, dan komunitas terkait.

"Pemerintah, dalam hal ini Bekraf, menggandeng MIKTI dalam mengembangkan ekosistem ekonomi digital, dan juga melibatkan pelaku bisnis, yaitu BRI untuk bersama mendukung perkembangan ekosistem startup global itu," jelas Hari.

Joddy Hemady, Ketua Umum MIKTI menambahkan, MIKTI merupakan kelompok yang beranggotakan para pelaku industri digital nasional yang sejak 2008 berkolaborasi dengan pemerintah dan industri untuk mendorong terbentuknya ekosistem industri digital yang sehat dan kompetitif.

MIKTI mendukung perkembangan ekosistem startup global melalui program penambangan komunitas, pengembangan talenta, penyiapan pendiri startup, inkubasi, dan pengembangan aspek pendukung lainnya.

Baca Juga: Startup Ini Tengah Godok Solusi Jangka Pendek Atasi Polusi Udara

Laporan GSER juga menyebutkan sub-sektor paling unggul di Jakarta adalah industri fintech. Menanggapi hal ini, BRI sebagai bank dengan aset terbesar dan jangkauan terluas juga memiliki peranan penting guna mewujudkan ekosistem startup global.

Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BRI, Indra Utoyo mengatakan, BRI saat ini memiliki tiga bukti nyata dukungan terhadap ekosistem startup global. Pertama, membina talenta kreatif dengan mindset digital, di mana BRI aktif sebagai anggota Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech). Kedua, mewujudkan kolaborasi antara startup dengan program inkubasi UMKM bernama BRIncubator. Ketiga, mengembangkan komunitas guna mendukung ekosistem startup.

"BRI bersama beberapa universitas di Indonesia bekerja sama membuat coworking space di dalam area kampus," ungkap Indra.

Dia mengharapkan, sinergi antara pemerintah melalui Bekraf, MIKTl, dan lembaga perbankan seperti BRI akan memperkuat kondisi ekosistem startup secara global dan menumbuhkan lebih banyak lagi startup unggulan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement