Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -- Akibat tahun politik, berbagai bisnis mengalami penurunan termasuk bisnis waralaba. Kendati demikian, bisnis tersebut diyakini akan mampu pulih kembali dan bisa tumbuh hingga sekitar 5 persen pada tahun ini.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI) Levita Ginting Supit.
“Kami akui akibat tahun politik, semua bisnis mengalami penurunan. Yang tadinya mau kembangkan usaha ditundadulu sampai pemerintah baru terpilih. Makanya mudah-mudahan tahun ini (tumbuh) bisa lebih dari 5 persen,” katanya di Jakarta, Kamis (5/9/2019).
Baca Juga: Miliki 100 Outlet, Ini Dia Konsep Bisnis Laundry Waralaba LaundryKlin
Levita menuturkan pada 2018 pertumbuhan bisnis waralaba mencapai sekitar 3 persen. Meski di awal 2019 sempat dibayangi ketidakpastian karena situasi politik di Tanah Air, ia meyakini pertumbuhannya bisa lebih baik.
“Begitu selesai politik, bisnis itu kelihatan mulai tumbuh lagi. Yang dari luar negeri, yang tadinya hold (menunda) juga mereka mau masuk lagi,” imbuhnya.
Levita menambahkan, faktor lain yang ikut mendongkrak pertumbuhan bisnis waralaba adalah membaiknya infrastruktur dasar di sejumlah wilayah di Indonesia.
Menurut dia, sebelumnya bisnis waralaba enggan berkembang ke sejumlah pelosok negeri karena terkendala minimnya infrastruktur. Masalah seperti pengantaran produk yang lama hingga keamanan membayangi pengembangan bisnis waralaba di daerah.
Baca Juga: Ingin Bisnis Waralaba Go Global, Begini Caranya
“Sekarang infrastruktur sudah sampai ke pelosok-pelosok sehingga pengusaha lebih bersemangat membuka franchise di daerah-daerah mereka. Jadi kehadiran infrastruktur ini bisa dimanfaatkan pengusaha waralaba,” ujarnya.
Meski belum ada data rinci, secara kasar terdapat 2.000 an merek waralaba di Indonesia di mana 60 persennya merupakan waralaba lokal. Sekitar 40 persen bisnis waralaba di Indonesia didominasi bisnis makanan dan minuman (food and beverages/F&B). Ada pun pada 2018, bisnis waralaba mencatatkan omzet sebesar Rp 150 triliun.