Rabu 20 Nov 2019 07:00 WIB

Menristek Beberkan Strategi Pengembangan Ekonomi Digital

Menristek mengatakan e-commerce masih jadi unggulan Indonesia dalam ekonomi digital.

Red: Reiny Dwinanda
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro
Foto: Republika/Inas Widyanuratikah
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Riset Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro membeberkan strategi pengembangan ekonomi digital agar semakin berkontribusi dalam menggerakkan roda perekonomian di Tanah Air. Ia menjelaskan bahwa Indonesia harus makin menguasai berbagai lini di dalam ekonomi digital, terutama di e-commerce.

"Kalau kita lihat dari "on-demand transportation, fintech, dan e-commerce, e-commerce masih jadi unggulan kita," ujar Bambang saat menjadi pembicara dalam sebuah diskusi di Gedung BEI, Jakarta, Selasa.

Baca Juga

Bambang menuturkan, dari lima unicorn atau perusahaan perintis (startup) yang memiliki valuasi di atas satu miliar dolar AS, tiga unicorn bergerak di bidang e-commerce, sedangkan dua lainnya di "on-demand transportation" dan sistem pembayaran (payment system). Untuk menunjang keberhasilan e-commerce tersebut, menurut Bambang, mau tidak mau topik lima tahun ke depan adalah sumber daya manusia (SDM).

"Karena mau diutak-atik, e-commerce itu kalau ingin bertahan dan kompetitif, mereka harus R&D secara terus menerus, tidak boleh putus. Karena persaingan e-commerce itu datangnya bukan lagi tahunan, bulanan, mingguan, mungkin datangnya harian. Itu harus bisa diatasi kalau mereka punya R&D yang kuat," kata Bambang.

Intinya, menurut Bambang, untuk mengembangkan e-commerce membutuhkan SDM yang unggul. Sementara saat ini, unicorn-unicorn tersebut masih harus "mengimpor" ahli-ahli komputer dari luar Indonesia. Kendati demikian, Bambang mengingatkan agar selain mengembangkan ekonomi digital, inovasi di sektor riil atau industri juga harus dikembangkan.

"E-commerce itu kan harus ada yang diperdagangkan, baik barang ataupun jasa. Jangan sAmpai kita sibuk dan fokus dengan e-commerce-nya, tapi barangnya malah impor. Ketika impor nanti akan berdampak ke neraca perdagangan kita dan ujungnya ke mata uang rupiah," kata Bambang.

Oleh karena itu, pihaknya kini fokus pada perusahaan perintis (startup) berbasis teknologi, namun tidak hanya digital. Bambang menginginkan agar produk inovasi Indonesia di sektor riil dan e-commerce dikembangkan oleh talenta dari dalam negeri. Ia mencontohkan Alibaba yang menjadi platform jual beli dari barang-barang dominan buatan China sendiri.

"Ini kita yang masih ketinggalan. Kita masih asyik dengan platformnya, e-commerce-nya, tapi kita belum menguasai apa yang diperdagangkan di dalam e-commerce itu sendiri," ujar Bambang.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement