Rabu 20 Nov 2019 11:00 WIB

Lokomotif Ekonomi Syariah

Pengembangan ekonomi syariah merupakan bagian dari strategi bauran kebijakan BI.

Red: Agung Sasongko
Ekonomi syariah (ilustrasi)
Foto:

Mengingat Indonesia adalah negara ber penduduk Muslim terbesar di dunia, ironisme tersebut harus menjadi catatan bersama agar dicapai perubahan yang lebih berarti pada tahun-tahun berikutnya. Fakta ini seyogianya juga menjadi PR bersama semua pihak.

Mengapa ISEF yang sudah berlangsung enam kali itu belum mampu membuat Indonesia mengungguli negara-negara, seperti Malaysia, Pakistan, dan Mesir?

Bagi penulis, pelajaran pentingnya adalah masalah kebersamaan (ekonomi berjamaah).Jangan sampai, rencana besar yang di gagas di ISEF ini mandul ketika diimplemen tasikan di lapangan. Kelemahan mendasar ini mari bersama kita perbaiki. Berpikir glo bal harus diimbangi dengan semangat imple mentasi pada aksi lokal.

Artinya, pekerjaan rumah perbaikan di tingkat lokal yang sudah direncanakan setelah event ISEF ini digelar harus segera ditun taskan. Kita sering nyaring berteriak tetapi lemah alias memble ketika menyangkut implementasi dan koordinasi di lapangan.

Akibatnya, seperti adagium "obsesi besar, tenaga kurang" jangan sampai terulang. Di sisi lain, melambatnya ekonomi global saat ini, menjadi "blessing in disguised" bagi pertumbuhan ekonomi syariah. Terutama di sektor pariwisata, UMKM, dan ekonomi pesantren.

Belum lagi jika kita mau memaksimalkan potensi dana sosial, seperti zakat yang mencapai 3,40 persen PDB atau sekitar Rp 217 triliun dan wakaf yang memiliki 2,6 miliar meter persegi atau 268,6 ribu hektare tersebar di 366.595 tempat di seluruh Indonesia.

Data ini membuktikan, ekonomi syariah di Indonesia sungguh berpotensi meningkat kan pertumbuhan ekonomi. Maka itu, wajar jika momentum ini kita kawal bersama.

Karena itu, peran teknologi menjadi penting agar potensi besar ini menjadi kekuatan untuk memajukan ekonomi umat di tengah era volatile, uncertainty, complexity, ambiguity, dan disruption.

Dari sini, penulis teringat pesan Mochtar Riady dalam satu kesempatan, "Kita jangan hanya tahu pohon tapi tahu hutan". Artinya, kita harus tahu ekosistem dan hubungan talitemali variabel di dalamnya agar tidak kehi langan momentum dan tetap survive.

Alhasil, dengan ekonomi berjamaah da lam ekosistem ekonomi syariah, akan mem berikan daya dorong yang kuat untuk me macu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari sinilah, kita sebagai umat berperan aktif untuk ikut terlibat.

Dengan cara, menjadi nasabah perbank an syariah, memilih produk-produk halal, bepergian ke tempat-tempat wisata syariah, membayar zakat dan memaksimalkan wakaf produktif serta menjadi umat yang unggul. Bagaimana menurut Anda? n

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement