EKBIS.CO, JAKARTA -- Kinerja manufaktur Indonesia pada November masih lesu. Kondisi ini terlihat dari Purchasing Manufactur Index (PMI) Indonesia yang diluncurkan IHS Markit pada Senin (2/12). Data tersebut menunjukkan, PMI Indonesia per November 2019 adalah 48,2 atau berada di bawah level 50, yang menunjukkan industri berada dalam situasi kontraksi.
Dibanding dengan PMI Oktober yang mencapai level 47,7, kinerja manufaktur Indonesia mengalami perbaikan dalam kurun waktu sebulan. Hanya saja, level November menjadi level terendah kedua sepanjang 2019 dengan titik terendah terjadi pada Oktober.
Secara rata-rata, PMI Indonesia sepanjang 2012 hingga 2019 masih berada pada level positif, yakni 50,09. "Level tertinggi terjadi pada Agustus 2013 yang mencapai 58,5 dan level terendah di Maret 2015 dengan 46,4," seperti dilansir di Trading Economics, Senin.
Tingkat output pada November mengalami penyusutan untuk kelima kalinya dengan laju penurunan tercepat kedua selama hampir empat tahun. Pesanan baru pun turun untuk bulan keempat berturut-turut. Dari segi harga, harga input dan output juga jatuh dengan laju tercepat dalam catatan.
Dalam situs Trading Economics, juga terlihat bahwa tingkat kepercayaan diri dunia usaha mengalami penurunan dari 108,81 pada kuartal kedua menjadi 105,33 pada kuartal ketiga.
Kontraksinya manufaktur Indonesia pada tahun ini sudah terjadi selama lima bulan terakhir. Pada Juli, PMI Indonesia berada di level 49,6, dengan sebelumnya sempat berada di level 50,6. Dari situ, PMI Indonesia konsisten di bawah level 50.
IHS Markit memprediksi, PMI Indonesia berada pada level 48,0 sampai akhir kuartal keempat. Dengan begitu, rata-rata PMI sepanjang 2019 berada pada level 51,50. Artinya, secara keseluruhan, manufaktur domestik masih mengalami ekspansi.
Dalam jangka panjang, PMI Indonesia diproyeksikan berada pada level 51,50 pada 2020. Prediksi ini disampaikan IHS Markit berdasarkan model ekonometrik mereka.
Indonesia merupakan satu dari enam negara G20 yang mengalami perbaikan kinerja manufaktur pada November dibandingkan Oktober. Di antara negara lain yang turut membaik adalah Prancis (50,7 menjadi 51,6), Korea Selatan (48,4 menjadi 49,4) dan Amerika Serikat (51,3 menjadi 52,2).
Di sisi lain, ada juga negara yang masih mengalami penurunan PMI. Sebut saja Australia (51,6 menjadi 48,10 dan Inggris (49,6 menjadi 48,3). Cina juga harus menghadapi perlambatan lebih dalam dengan PMI turun dari 51,7 menjadi 50,2 sebagai dampak dari perang dagang dengan AS.