EKBIS.CO, JAKARTA -- Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan konsumsi diproyeksikan jadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai 2020. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara menyampaikan motor penggerak utamanya adalah generasi milenial.
"Kita melihat kelas konsumen milenial sangat besar, dan kelas entrepreneur milenialnya bagus juga, kelas produktif, kreatif ini jadi motor pertumbuhan ekonomi kita," kata dia dalam media gathering OCBC NISP, di World Trade Centre, Jakarta, Jumat (6/12) lalu.
Bhima mengatakan pertumbuhan wirausahawan muda Indonesia tidak pernah seperti saat ini, sangat menjanjikan. Dulu, jumlah wirausahawan hanya di bawah satu persen. Namun pada 2019, jumlahnya kini mencapai 3-5 persen dari total angkatan kerja.
Saat ini, milenial Indonesia menggerakkan tren digital melalui start up. Indonesia menempati posisi nomor lima untuk jumlah start up, paling tidak ada sekitar 2.000 start up berbasis di Indonesia. Diperkirakan pada 2020, jumlahnya akan bertambah jadi 2.500an.
Unicorn dan decacorn juga tumbuh di Indonesia. Bhima memperkirakan akan muncul unicorn lain dalam waktu dekat. Pada 2019, untuk pertama kalinya perputaran ekonomi digital mencapai 100 miliar dolar AS di Indonesia. Menurut Google Temasek, angka ini akan melambung hingga 300 miliar dolar AS pada 2025.
"Ini ledakan ekonomi yang tidak dirasakan di negara lain," kata Bhima.
Indonesia adalah salah satu yang relatif ekspansif dalam pengembangan digital hingga bisa merambah ke negara-negara tetangga. Ledakan ekonomi digital tersebut pun akhirnya mendorong pada aktivitas konsumsi.
Sebagai turunan, dampak berganda melebar ke pertumbuhan sektor UMKM. Pada 2018, GoFood mencatat order martabak manis hingga tujuh juta per tahun, menu ayam hingga 10 juta pesanan. Tiba-tiba muncul warung-warung online.
Maka dari itu, meski ekspor dan korporasi tumbuh terseret-seret karena faktor ekonomi global, sektor UMKM masih gagah tumbuh. Ekonomi domestik tetap naik sehingga bisa menopang pertumbuhan sedikit di atas lima persen.
Secara umum, Bhima menyimpulkan masih ada optimisme yang didorong oleh kolaborasi ekonomi digital dengan UMKM pada 2020. Regulator dan industri, tambahnya, harus bisa menyesuaikan pada potensi tersebut agar bisa membantu menopang pertumbuhan ekonomi.