Ahad 15 Dec 2019 11:41 WIB

Pemanfaatan Biodisel Meningkat Karena Dukungan Riset

Setelah 15 tahun, program ini telah berhasil mengurangi impor solar dan beban devisa.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Petugas menunjukkan sampel bahan bakar B30 saat peluncuran uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6). Uji jalan kendaraan berbahan bakar campuran biodiesel 30 persen pada bahan bakar solar atau B30 dengan menempuh jarak 40 ribu dan 50 ribu kilometer tersebut bertujuan untuk mempromosikan kepada masyarakat bahwa penggunaan bahan bakar itu tidak akan meyebabkan performa dan akselerasi kendaraan turun.
Foto: Prayogi/Republika.
Petugas menunjukkan sampel bahan bakar B30 saat peluncuran uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6). Uji jalan kendaraan berbahan bakar campuran biodiesel 30 persen pada bahan bakar solar atau B30 dengan menempuh jarak 40 ribu dan 50 ribu kilometer tersebut bertujuan untuk mempromosikan kepada masyarakat bahwa penggunaan bahan bakar itu tidak akan meyebabkan performa dan akselerasi kendaraan turun.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Sejak dirintis pada 2003, pemanfaatan biodiesel terus meningkat secara bertahap berkat dukungan hasil riset. Hampir semua proses perkembangan pemanfaatan biodiesel di Indonesia tidak terlepas dari peran para peneliti.

Hal ini ditegaskan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, Ahad (15/12). Ia mencontohkan, keberhasilan implementasi biodiesel di Indonesia hingga pemberlakuan mandatori B30 pada tahun 2020 tak lepas dari peran peneliti.

Baca Juga

"Setelah 15 tahun, program ini telah berhasil mengurangi impor solar dan beban devisa negara. Peneliti Badan Litbang ESDM, BPPT dan beberapa perguruan tinggi terus melakukan inovasi agar biodiesel yang digunakan dapat memenuhi standar internasional," ujar Dadan.

Dadan berharap, peneliti yang tergabung dalam (Himpenindo) DKI Jakarta selanjutnya dapat menjadi mitra pembangunan bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam berbagai aspek.

Pada kesempatan tersebut Ketua Umum Himpenindo Pusat, Syahrir Ika mengukuhkan para pengurus Himpenindo Provinsi DKI Jakarta yang terdiri dari Ketua Usman Pasarai (Badan Litbang ESDM), Wakil Ketua Heri Budi Wibowo (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), Sekretaris Venti Eka Satya dari Sekretariat Jenderal Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat RI) serta Bendahara Zulkifliani (Badan Litbang ESDM).

Syahrir menjelaskan, dari sektar 8.500 peneliti di tanah air, 60 persen bekerja di DKI Jakarta, yang tersebar di berbagai kementerian, lembaga dan universitas. "Setidaknya ada 3.000-4.000 peneliti berkantor di DKI Jakarta" imbuh Syahrir.

Syahrir menaruh harapan besar kepada para peneliti tersebut karena banyak pekerjaan besar dari pemerintah pusat yang dikerjakan di Jakarta. Sekitar 60 persen perputaran uang di seluruh negeri terjadi di Provinsi DKI Jakarta, bahkan 80 persen dari jumlah tersebut beredar di Jakarta Pusat. Berarti sebagian besar pergerakan ekonomi berada di DKI Jakarta.

Sebagai ibu kota negara, DKI Jakarta memiliki setumpuk persoalan. Apalagi DKI Jakarta juga bersinggungan dengan wilayah di sekitarnya dengan permasalahan yang cukup beragam, mulai dari urusan sampah, urbanisasi dan masalah lainnya.

Syahrir mengajak para peneliti untuk bergerak mendekati Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sehingga ada program produktif bersama. Peneliti tentunya punya ide untuk menyelesaikan sejumlah persoalan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement