EKBIS.CO, JAKARTA— Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman seluruh Indonesia (GAPMMI) melaporkan permasalahan dalam industri makanan dan minuman kepada Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin.
Dalam pertemuan tersebut, GAPMMI mengungkapkan bahwa Wapres terkejut dengan bahan baku industri makanan di Indonesia banyak impor dari negara lain.
Ketua GAPMMI, Adhi S Lukman, mengatkan awalnya dia melaporkan kepada Wapres bahwa industri makanan dan minuman memiliki kontribusi besar terhadap PDB Industri nonmigas Indonesia yang hingga kuartal 3 mencapai 36,5 persen.
Namun, menurut Adhi, industri makanan dan minuman memiliki permasalahan terkait minimnya ketersediaan bahan baku, sehingga harus impor.
"Pak Wapres sangat kaget sekali, yang tadinya dikira masalahnya ini kita tidak industrialisasi ternyata industri kita ini sebenarnya kapasitas tumbuhnya cepet tapi bahan-bahannya tidak tersedia, sehingga ini jadi masalah baru impornya naik," ujar Adhi di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (23/12).
Dia menjelaskan, saat hilirisasi terus digenjot naik, ternyata tidak sejalan dengan peningkatan di sektor hulu. Ini membuat industri makanan dan minuman kekurangan ketersediaan bahan baku, sehingga harus impor mulai dari kakao, susu, gula, garam, kedelai, bawang, dan sebagainya.
"Pak Wapres bilang ternyata di luar bayangan Pak Wapres, dikira misalnya tadi industri ini kok nggak maju-maju, ternyata menurut Pak wapres bukannya gak maju, tapi bahan bakunya, sehingga makin lama makin perbanyak impor bahan baku," ujar Adhi.
Karena itu, Wapres, kata Adhi sepakat agar sektor hulu perlu menjadi perhatian untuk dibenahi. Wapres juga akan mengkoordinasikan terutama di sektor pertanian dan perikanan.
"Kami sudah sampaikan bahwa ikan pun masih banyak impor dan disampaikan tim ahli wapres juga bahwa ini tidak bisa 1-2 tahun membalikkan tangan karena menyangkut di hulu, jadi harus ada program berkelanjutan," ujar Adhi.
Selain itu, dalam pertemuan juga diusulkan menghidupkan sistem resi gudana. Hal ini mendorong agar petani tetap menanam bahan baku tanpa khawatir harga akan jatuh.
"Karena pada saat harga jatuh, kemudian nggak ada yg beli, petani malas nanam sehingga pindah ke komoditi lain. Nanti komoditi lain pada saat panen jatuh lagi," ujarnya.
Pemerintah memberikan bantuan di sana dan bisa dijual ke off takernya termasuk industri makanan dan minuman pada saat harga cukup bagus sehingga semua saling menguntungkan. “Dan kita tdk perlu impor lagi, mengurangi impor, dan itu yg bisa dijalankan," ujarnya.