EKBIS.CO, JAKARTA — Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai, Indonesia memiliki peluang untuk menarik relokasi investasi asing pasca-pandemi Covid-19 berakhir, khususnya dari China yang dalam dua dekade terakhir menjadi pusat rantai pasokan global.
"Salah satu daya tarik investasi Indonesia adalah pasar yang besar. Investor luar negeri juga menganggap Indonesia sebagai negara dengan potensi pertumbuhan pasar yang besar," ujar Tauhid di Jakarta, Kamis (28/5).
Meski begitu, untuk menjadi tujuan relokasi investasi dari China, Indonesia harus bersaing dengan negara-negara lain seperti India, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Tahun lalu, setidaknya sebanyak 33 perusahaan hengkang dan merelokasi pabriknya dari China.
Namun, kata dia, perusahaan-perusahaan tersebut memilih memindahkan basis produksinya ke Vietnam dan Thailand. Salah satunya penyebabnya karena persoalan harga lahan.
Menurut Tauhid, selain harga lahan, ada beberapa faktor yang menjadi kekhawatiran investor asing saat ingin berinvestasi di Indonesia. Pertama, yaitu kenaikan upah yang terlalu tinggi.
Setiap tahun kenaikan upah tenaga kerja di Indonesia mencapai 7-8 persen. Sementara kenaikan upah di negara-negara seperti Vietnam maupun India hanya berkisar 4-5 persen.
Kedua, infrastruktur untuk jaringan logistik yang masih kurang. Ketiga, investor asing enggan melirik Indonesia yang terkenal dengan birokrasi yang berlapis, salah satunya urusan perpajakan. "Investor Jepang, misalnya, masih menganggap prosedur perpajakan di Indonesia cukup rumit," kata Tauhid.