EKBIS.CO, JAKARTA -- Fintech peer to peer lending Tani Fund menilai skema bagi hasil membantu para petani penghasil komoditas pangan karena skema ini terbilang adil. Tani Fund pun terus membuka jalan untuk menambah investor individu untuk bisa bergabung.
Direktur Tani Fund, Edison Tobing, menjelaskan, saat ini terdapat sekitar 2.200 investor individu yang telah menanamkan modalnya di Tani Fund untuk berbagai proyek pertanian yang digarap. Selain itu, terdapat pula lima investor institusi, dua di antaranya perbankan. Imbal hasil dari investasi juga cukup menarik, yakni berkisar 12 persen hingga 18 persen per tahun melalui skema yang adil untuk investor maupun petani.
Lewat skema investasi itu, Edison menilai banyak petani yang semula tak punya orientasi bisnis pertanian lantaran terikat oleh tengkulak menjadi bisa meningkatkan kapasitas dan pendapatannya. Dana yang diberikan kepada petani pun telah dirinci kebutuhannya sehingga transparan dan dapat dilihat oleh investor.
Manfaat lain yang diperoleh bagi petani yakni bisa meningkatkan kualitas hasil taninya. Menurut Edison, fakta di lapangan menunjukkan baru sekitar 40 persen hasil petani yang bisa mencapai kualitas pertama. Sisanya kualitas kedua dan ketiga. Dengan meningkatnya kualitas, tentu akan diikuti dengan kenaikan keuntungan petani dan ikut berdampak pada keuntungan bagi investor.
"Masalah petani di lapangan itu sangat kompleks sehingga bisa terbantu. Ini sekaligus meningkatkan minat generasi muda untuk mau masuk ke sektor pertanian karena ini sektor yang perlu digalakkan," ujar Edison dalam diskusi virtual bersama media, Jumat (29/5).
Sementara itu, Vice President Corporate Service Tani Hub Group, Astri Purnamasari, mengatakan, selama ini, minimal nilai investasi di Tani Fund adalah Rp 5 juta per investor individu. Namun seiring berjalannya waktu dengan sosialisasi yang masif, banyak generasi muda hingga mereka yang masih duduk di bangku kuliah ingin berinvestasi.
Namun, minimal investasi dinilai masih mahal. Akhirnya Tani Fund menurunkan nilai investasi menjadi minimal Rp 100 ribu. Jadi bisa semakin banyak orang yang bisa masuk ke pertanian.
Lewat inovasi itu, untuk menjadi petani tidak selamanya harus terjun ke lapangan. Dengan ikut berinvestasi bagi petani sama halnya telah mendukung sektor pertanian Indonesia untuk terus meningkatkan kualitasnya. "Apalagi, pertanian bersinggungan erat dengan tingkat ketahanan pangan," kata Astri.