Kamis 03 Sep 2020 23:41 WIB

Jaga Produksi Beras, Waspadai Serangan Hama

Tahun ini informasi kejadian serangan hama lebih sering terjadi di Jateng dan Jatim.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Petani menggulung jaring di lahan padi siap panen di persawahan Potorono, Bantul, Yogyakarta, Jumat (28/8). Tahun ini informasi kejadian serangan hama lebih sering terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Petani menggulung jaring di lahan padi siap panen di persawahan Potorono, Bantul, Yogyakarta, Jumat (28/8). Tahun ini informasi kejadian serangan hama lebih sering terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Serangan hama wereng mulai terjadi di sejumlah daerah. Meski belum dalam skala besar, antisipasi dini diperlukan untuk menjaga keamanan ketersediaan produksi beras dalam negeri.

Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah, mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima, terdapat beberapa daerah sentra beras di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang mengalami serangan.

"Informasi di lapangan tidak seluruhnya terkena tapi di titik-titik tertentu dan derajat serangan berbeda-beda seperti di Lamongan, Bojonegoro, dan Klaten. Namun terjadi dalam luasan hamparan yang cukup luas," kata Said kepada Republika.co.id, Kamis (3/9).

Ia mengatakan, sekecil apapun temuan serangan hama, perlu menjadi perhatian pemerintah karena dapat menyebabkan gangguan produksi dalam skala besar. "Meskipun masih kecil, jangan dianggap enteng karena membawa dampak signifikan pada stabilitas ekonomi dan politik," katanya.

Lebih lanjut, ia menekankan, tahun ini titik serangan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Said menjelaskan, pada 2016-2017 di mana terjadi ledakan hama wereng, mayoritas wilayah yang terdampak yakni Jawa Barat dan Jawa Tengah serta sebagian Jawa Timur.

Namun, tahun ini informasi kejadian serangan hama lebih sering terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. "Ini menarik kenapa Jawa Barat yang sebelumnya besar relatif aman? apakah ada faktor cuaca atau lain sampai sekarang memang masih dilihat," kata Said.

Kendati begitu, Said menjelaskan, kejadian-kejadian serangan hama seyogiyanya menjadi sinyal bagi pemerintah untuk memperketat pengawalan produksi dalam negeri. Pasalnya, pada masa paceklik menjelang akhir tahun, opsi importasi yang biasa dilakukan pemerintah bisa jadi lebih sulit lantaran setiap negara fokus mengamankan produksi dalam negeri.

"Jangan pandang besar kecilnya serangan itu, tapi yang harus dilihat adalah proses pendampingan dan petani harus dapat fasilitas perlindungan," kata dia.

Ketua Gerakan Petani Nusantara Jawa Tengah, Wardiyono, mengatakan, rata-rata petani khususnya di Klaten, Jawa Tengah saat ini tengah menanam tanaman palawija usai melakukan panen padi pada musim sebelumnya. Ia mengakui hama wereng memang banyak terjadi pada musim panen beberapa bulan yang lalu bahkan menyebabkan gagal panen.

Ia mengatakan, petani akan kembali menanam padi pada musim tanam Oktober mendatang. Namun, ia menilai terdapat masalah pada kualitas tanah lantara sudah terlalu banyak mengandung pestisida dan pupuk kimia. Hal itu, yang nantinya menjadi cikal bakal munculnya hama seperti wereng batang coklat, penggerek hama, bahkan tikus.

"Memang ini akar masalahnya. Kebanyakan petani juga ketika kebingungan langsung berinisiatif diluar nalar menggunakan obat-obatan," kata dia.

Oleh karena itu, Wardiyono mengatakan, pendampingan pemerintah terhadap petani mesti diperkuat sehingga petani dapat melayani tanaman dengan optimal. Sebab, meski dengan bibit unggul, hasil panen tidak akan optimal jika faktor tanah mengalami masalah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement