EKBIS.CO, JAKARTA--Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan masih terdapat sejumlah tantangan besar bagi Indonesia untuk bisa meningkatkan kinerja ekspor buah dan sayuran. Tantangan itu masih berkutat pada masalah pola budidaya yang belum sesuai standar dari hulu ke hilir.
Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementan, Retno Sri Hartati, mengatakan, stabilitas produksi masih menjadi masalah utama bagi Indonesia. Hal itu membutuhkan intervensi teknologi yang makin hari semakin menjadi ketergantungan. "Selanjutnya peningkatan produktivitas ada juga loses yang tinggi karena pasca panen kurang baik," kata Retno dalam sebuah webinar, Selasa (22/9).
Ia mengatakan, soal mutu dan tingkat ramah lingkungan suatu produk juga masih menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia. Pasalnya, Retno mengakui kualitas produk kerap kali tidak bisa diterima karena terdapat residu kimia yang tinggi.
"Inilah diperlukan model-model (strategi produksi) dan kontinuitas pasokan. Akibat itu, produk yang bisa diekspor akhirnya terbatas sementara persaingan semakin ketat," kata Retno menambahkan.
Ia mengatakan, intinya Indonesia masih harus terus meningkatkan standar produksi yang baik dan sesuai dengan keinginan pasar global. Dengan adanya standar yang baik, nantinya akan memberikan dampak positif berupa efisiensi biaya produksi sehingga nantinya dapat menekan harga jual.
Kementan, kata Retno, baru membentuk program Gedor Horti atau Gerakan Mendorong Produksi, Daya Saing, dan Ramah Lingkungan Hortikultura. Program itu ditempuh dengan memfokuskan suatu kawasan dalam memproduksi sebuah komoditas. Kementan meyakini program itu tak hanya bermanfaat untuk mendukung ketahanan pangan dalam negeri. Namun juga, dapat mendukung ekspor ke berbagai dunia.
--