EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian menilai pentingnya pemanfaatan cloud computing dan internet of things (IoT). Hal ini untuk memajukan sektor industri bagi Industri Kecil Menengah (IKM) di tengah pandemi Covid-19.
Plt Direktur IKM, Logam, Mesin, Elektronika dan Alat Angkut Kementerian Perindustrian Ratna Utarianingrum mengatakan pandemi Covid-19 menjadi permasalahan dunia terutama adanya pembatasan sosial saat ini. Diterapkannya social distancing, membuat pergeseran dalam gaya hidup termasuk bisnis.
“Ini yang menjadi concern Kemenperin guna menjaga proses bisnis industri khususnya IKM dengan memanfaatkan penggunaan teknologi berupa Cloud Computing maupun Internet of Things (IoT),” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (23/10).
Menurutnya perkembangan teknologi informasi mendorong terciptanya banyak terobosan baru. Salah satunya manfaat penggunaan cloud computing mulai dari keamanan digital yang digunakan, jaringan, pusat data, dan server yang mumpuni.
“Pemanfaatan dari sistem IoT menghubungkan teknologi, informasi, dan komunikasi. Pemanfaatan dua sistem tersebut sangat berguna bagi kehidupan termasuk kegiatan bisnis. Betul sekali kalau sentuhan teknologi ini akan membawa dampak yang besar bagi bisnis, khususnya saat masa pandemi ini,” ucapnya.
Kemenperin, lanjutnya, berharap pemanfaatan cloud computing dan IoT dapat diimplementasikan dalam sektor industri manufaktur. Dia menilai kedua teknologi tersebut bukan hanya diperuntukkan bagi masyarakat perkotaan atau industri besar, namun juga bisa diterapkan oleh IKM.
“Yang disoroti saat ini adalah kita masih memerlukan banyak provider teknologi cloud computing maupun IoT untuk menyelesaikan masalah industri manufaktur. Melalui S4I ini diharapkan dapat membentuk ekosistem solusi yang dapat menjembatani kebutuhan industri dan masyarakat,” ucapnya.
Sementara Managing Director Datacomm Cloud Business Sutedjo Tjahjadi menambahkan pihaknya sudah memulai bisnis cloud Computing sejak enam tahun lalu, teknologi ini membuat semua pekerjaan menjadi serba praktis dan tidak perlu menggunakan infrastruktur yang besar. Bahkan cloud computing dapat meminimalisir biaya pengeluaran perusahaan.
“Era yang makin digital, komputer semakin menyentuh semua kehidupan kita terutama saat pandemi ini dan online menjadi suatu yang critical untuk dilakukan secara berkesinambungan dalam kehidupan kedepannya,” ucapnya.
Dia menerangkan kesempatan era teknologi ini menjadikan industri dalam negeri dapat percaya diri dan semaksimal mungkin ikut mengembangkan Making Indonesia 4.0 menuju 10 player terbesar di dunia.
“Kenapa kita confidence, karena kita punya engine, engine-nya adalah populasi di mana rata-rata anak muda,” ucapnya.
VP Sales and Business Development FLOU Cloud Mario Anthony mengatakan pihaknya selaku cloud provider, transformasi digital menjadi suatu peran yang harus dilaksanakan dalam era digital ini. FLOU Cloud memiliki infrastruktur yang mumpuni di seluruh Indonesia.
“Kita dipaksa harus digital saat ini dengan adanya satu agen yang bernama Covid-19, sesuai dengan arahan presiden, kami punya 3 program, yakni kami akan menggelar infrastruktur baik itu server, storage sampai connectivity,” ucapnya.
Selain cloud computing, ada teknologi lain yakni Internet of Things atau biasa disebut (IoT). Sekretaris Jenderal Asosiasi IoT Indonesia (Asioti) Fita Indah Maulani mengungkapkan berdasarkan studi yang dilakukan pada 2015 lalu, perkembangan IoT akan masih bertumbuh secara masif hingga 2022.
“Bahkan, secara global Asioti memproyeksikan 400 juta sensor dengan sistem IoT akan diterapkan pada 2022. Walaupun proyeksi tersebut sempat mengalami penurunan sebesar 20 persen akibat adanya pandemi,” ucapnya.
Dia mengungkapkan ada peningkatan data analisis dan literasi yang disebabkan perubahan cara pelaksanaan forum group discussion (FGD) yang biasanya dilakukan dengan offline, sekarang harus dilakukan dengan online. Dari sisi ekonomi masih ada perlambatan ekonomi global dan berdampak setiap sektor.
“Ini menjadi peluang di Indonesia untuk menemukan kanal digital untuk berinteraksi dengan pelanggan. Tentu ini akan mengurangi gap pertumbuhan ekonomi dengan yang melek digital dengan yang bisnis offline dan telat melakukan migrasi ke bisnis online. Jadi saat berbicara solusi pintar berbasis IoT sebenarnya ada banyak aspek yang bisa kita sentuh,” ucapnya.
DycodeX yang merupakan perusahaan teknologi yang menawarkan solusi melalui sistem IoT. Co-Founder sekaligus CEO DycodeX Andri Yadi mengatakan semua solusi yang dihadirkan pun dikerjakan di Indonesia dengan talenta dalam negeri.
“Solusi kami pendekatannya selalu dengan menggunakan IoT untuk data collector atau data supplier dan artificial intelligence (AI) untuk mengolah data yang telah collect,” ungkapnya.
Dia menjelaskan pada dasarnya industri 4,0 fokus pada emerging technology yang salah satunya adalah penggunaan IoT. Di samping itu terdapat AI, quantum computing, biotech, dan lain-lain.
“Secara definisi IoT adalah infrastruktur global yang memungkinkan untuk mengembangkan layanan yang advance namun berbasis teknologi eksisting, seperti internet,” ucapnya.
Berdasarkan Report IoT Analytics, dalam jangka pendek investasi untuk IoT sangat berkurang disertai dengan banyaknya penundaan proyek bidang tersebut. Hal ini tentu disebabkan adanya pandemi Covid-19.
“Permintaan solusi IoT juga akan berkurang terutama pada konsumen yang lebih memilih menggunakan uangnya untuk bertahan hidup dibandingkan dengan membeli device yang menghadirkan solusi ini,” ucapnya.
Kendati demikian, dia optimistis, IoT akan semakin bersinar kedepannya terutama dalam jangka menengah. Sebab Andri melihat pemanfaatan IoT sangat relevan untuk diadaptasi dalam bisnis dan kehidupan.
Ke depan Kemenperin mengajak para pelaku startup untuk bergabung dalam kompetisi berbasis pemecahan masalah dengan menggunakan teknologi Cloud Computing dan IoT. Hal ini untuk memberikan solusi bagi dunia industri dan masyarakat di tengah terdampak pandemi Covid-19.