EKBIS.CO, JAKARTA -- Harga telur di tingkat peternak mulai mengalami tekanan dalam sepekan terakhir. Meskipun, tren harga di tingkat konsumen masih stabil tinggi.
Koordinator Koperasi Putera Telur Blitar, Jawa Timur, Yesi Yuni, mengatakan, tekanan harga yang cukup tinggi mulai dirasakan dalam empat hari terakhir. Menurut dia, para pedagang besar dari wilayah Jawa Barat maupun Jabodetabek menekan harga telur di peternak agar turun.
Alhasil, harga telur yang semula di level Rp 24.000 per kg turun hingga Rp 19.500 - Rp 20.000 per kg. Tingkat harga saat ini memang berada dalam rentang acuan pemerintah sebesar Rp 19.000 - Rp 21.000 per kg. Namun, Yesi mengatakan, harga tersebut tidak memberikan keuntungan bagi peternak.
"Empat hari terakhir, Blitar sangat ditekan oleh pedagang besar Jakarta sehingga harga turun. Harga saat ini tidak kembali modal bagi kami," kata Yesi kepada Republika.co.id, Jumat (25/12).
Ia menerangkan, dalam hitungan umum, break event point (BEP) telur yakni 3,5 kali dari harga pakan ayam petelur. Adapun saat ini, harga pakan unggas tengah naik menjadi Rp 5.750 per kg sehingga total BEP sebesar Rp 20.250 per kg.
Selain BEP, terdapat biaya ongkos dan risiko kematian sekitar Rp 2.750 per kg sehingga total biaya pokok produksi (BPP) yakni Rp 23.000 per kg. "Jadi, kalau harga telur dari peternak Rp 24.000 per kg, peternak hanya mengambil untung Rp 1.000 per kg," tegasnya.
Yesi mengatakan, Blitar menjadi salah satu pusat sentra produksi nasional telur ayam. Oleh karena itu, para peternak akan melawan para spekulan harga yang membuat peternak mulai merugi. Ia pun mengaku, tekanan harga justru hanya terjadi di Blitar, berbeda dengan daerah produksi lain yang harganya cenderung stabil.