Dengan demikian, Azis menekankan, kesiapan jangka panjang untuk menjadi pemegang saham pengendali bank syariah harus ditopang permodalan yang kuat. Terlebih, likuiditas besar dari Muhammadiyah selama ini lebih banyak diarahkan untuk menggerakkan roda amal usahanya.
"Maka menjadi penting untuk melakukan konsolidasi dan melihat seluruh potensi Muhammadiyah jika benar ingin mengarah ke sana (pendirian bank syariah)," tutur Azis.
Tantangan berikutnya yang akan dihadapi Muhammadiyah adalah disrupsi teknologi dan dampak dari pandemi. Azis menuturkan, pendirian bank syariah akan membutuhkan tim professional yang sangat kuat dan mampu membangun tata kelola baik. Jika tidak, potensi mismanagement akan sangat besar.
Azis mengatakan, beberapa tantangan itu belum ditambah dengan kondisi pandemi saat ini. Ia menilai, pendirian bank syariah baru mungkin tidak terlalu tepat untuk situasi penuh tekanan sekarang.
Azis menyebutkan, akuisisi bank yang sedang lemah untuk diambil alih dan dikonversi dapat menjadi alternatif lebih realistis apabila semua prasyarat sebelumnya sudah terpenuhi. "Dengan demikian fokus pada pengembangan dan ekspansi bisa lebih cepat dijalankan oleh tim manajemen baru tersebut," ucapnya.