Menurutnya posisi ini tergolong cukup serius bagi perbankan yang tengah menghadapi rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) dan loan at risk yang cukup tinggi akibat pandemi.
"Saat ini harapan bergantung pada vaksin. Jika distribusi dapat dilakukan cepat dan terbukti ampuh, maka kinerja ekonomi dapat kembali lagi dan perbankan bisa sedikit meningkatkan suku bunga kredit termasuk net interest margin-nya untuk mengembalikan kinerja profitabilitas," jelasnya.
Sementara Ekonom senior The Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menambahkan upaya penurunan suku bunga memang cukup agresif dilakukan baik pemerintah maupun Bank Indonesia. Hanya saja, Aviliani pun menggarisbawahi suku bunga kredit yang rendah tetap tidak menjadi acuan ekonomi dapat bergerak lebih cepat dan berkualitas.
"Kalau turun, iya, tapi kan toh belum terbukti baik untuk ekonomi. Bahkan kredit tumbuh negatif dan diikuti dengan kualitas kredit yang perlu diwaspadai," ucapnya.
Ke depan menurutnya pemerintah perlu lebih agresif mendorong kementerian teknis untuk mendorong banyak sektor-sektor produktif tahun depan. “Saat ini perbankan sedang mencari sektor produktif berkualitas agar penurunan suku bunga kredit dapat dikompensasi dengan pertumbuhan kredit yang berkualitas,” ucapnya.