Selasa 12 Jan 2021 09:31 WIB

Harga Minyak Brent Terpangkas Karantina Wilayah

Potongan pasokan Arab Saudi diperkirakan membawa pasar minyak ke dalam defisit.

Red: Friska Yolandha
Harga minyak beragam pada akhir perdagangan Senin (11/1), setelah kenaikan kuat pada pekan lalu. Karantina wilayah yang ketat di seluruh dunia memperbarui kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar global. Dolar AS yang lebih kuat juga menekan harga.
Foto:

Dolar yang lebih kuat, didukung oleh harapan akan lebih banyak stimulus untuk meningkatkan ekonomi terbesar dunia, juga membebani harga minyak. Minyak biasanya dihargai dalam dolar, jadi dolar yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.

Kerugian Senin mengikuti minggu yang kuat untuk harga minyak. Brent dan WTI naik sekitar delapan persen minggu lalu, didukung oleh janji Arab Saudi untuk pengurangan produksi minyak sukarela sebesar satu juta barel per hari (bph) pada Februari dan Maret sebagai bagian dari kesepakatan bagi sebagian besar produsen OPEC Plus untuk mempertahankan produksi tetap stabil.

"Meskipun harga minyak turun hari ini, langkah Arab Saudi masih menahannya pada level yang cukup tinggi," kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak Rystad Energy.

 

Pemotongan pasokan Saudi diperkirakan akan membawa pasar minyak ke dalam defisit untuk sebagian besar 2021 meskipun penguncian menekan permintaan, kata para analis. Brent bisa naik menjadi 65 dolar AS per barel pada musim panas 2021, kata Goldman Sachs, didorong oleh pemotongan Saudi dan implikasi peralihan kekuasaan ke Demokrat di Amerika Serikat.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement