Ahad 17 Jan 2021 16:19 WIB

AS Sebut Mata Uang Vietnam Sebagai Beban

Bulan lalu, Vietnam disebut AS sebagai manipulator mata uang.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Mata uang Dong Vietnam
Foto: vietnamnet.vn
Mata uang Dong Vietnam

EKBIS.CO,  WASHINGTON -- Kementerian Keuangan Amerika Serikat (AS) menganggap mata uang Vietnam sebagai beban bagi perdagangan dan bisnis AS. Bulan lalu, Vietnam disebutnya sebagai manipulator mata uang.

AS melabeli aktivitas mata uang Vietnam tidak masuk akal dan membatasi bisnis AS. Namun demikian, AS menahan diri untuk tidak menerapkan tarif hukuman.

Baca Juga

Penentuan oleh kantor Perwakilan Dagang AS adalah hasil dari penyelidikan yang dimulai pada bulan Oktober berdasarkan pasal 301 Undang-Undang Perdagangan 1974. Ini undang-undang yang sama yang digunakan oleh pemerintahan Donald Trump untuk menerapkan tarif pada impor dari China.

"Praktik Vietnam, termasuk intervensi pasar valuta asing yang berlebihan, tidak masuk akal dan membebani atau membatasi perdagangan AS," kata Kementerian Keuangan AS dalam sebuah pernyataan, dilansir Bloomberg.

Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer menambahkan tindakan, kebijakan, dan praktik tidak adil yang berkontribusi pada penurunan nilai mata uang membahayakan pekerja dan bisnis AS, dan perlu ditangani. Ia berharap AS dan Vietnam dapat menemukan jalan untuk mengatasi masalah tersebut.

Dalam laporan kebijakan valuta asing akhir pemerintahan Donald Trump pada 16 Desember, Kementerian Keuangan AS menunjuk Vietnam dan Swiss sebagai manipulator mata uang untuk pertama kalinya, sambil tetap mengawasi China.

Kamar Dagang AS menyambut baik keputusan untuk tidak mengenakan tarif. "Kami teguh menentang langkah ini sejak pengumuman bahwa hal itu sedang dipertimbangkan," kata Wakil Presiden Eksekutif dan Kepala Urusan Internasional Myron Brilliant dalam pernyataan majelis tersebut.

Ia menambahkan, tindakan perdagangan adalah cara yang tidak tepat untuk menjawab pertanyaan penilaian mata uang. 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement