Menurut kementerian, ekonomi Israel bernasib relatif baik pada tahun lalu dan mengungguli rata-rata Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yang kontraksi 5,5 persen. Kondisi ini didorong oleh ekspor peralatan teknologi yang masih tinggi di tengah penurunan permintaan terhadap komoditas lain.
Tapi, pengangguran Israel tetap tercatat tinggi, yakni 15,4 persen pada tahun lalu dan diperkirakan turun menjadi 8,6 persen pada tahun ini dalam asumsi dasar. Untuk proyeksi yang lebih pesimistis, tingkat pengangguran diperkirakan mencapai level 11,7 persen. Untuk dua asumsi ini, upah rata-rata tetap akan mengalami penurunan.
Secara terpisah, dalam proyeksi ketiganya, Biro Pusat Statistik menyebutkan, ekonomi Israel tumbuh 39,7 persen pada kuartal ketiga tahun lalu dibandingkan kuartal sebelumnya. Perhitungan ini mencerminkan, sebagian besar aktivitas ekonomi sudah berjalan kembali selama musim panas setelah lockdown. Perekonomian kuartal kedua tercatat kontraksi 29,9 persen.
Sedikit kontraksi diperkirakan kembali terjadi pada kuartal keempat karena lockdown, sementara eksportir mengatakan, mereka juga menderita karena apresiasi shekel. Pekan lalu, mata uang Israel ini mencapai 3.11 terhadap dolar AS, terkuat dalam 24 tahun terakhir.
Bank Israel diketahui masih enggan menurunkan suku bunga jangka pendek melebihi suku bunga 0,1 persen saat ini. Mereka menilai, vaksinasi akan dengan cepat memulihkan perekonomian.
Pada Kamis (14/1), Bank Israel berjanji membeli 30 miliar dolar AS mata uang masing sepanjang 2021, naik dari 21 miliar dolar AS sepanjang 2020. Sejak saat itu, shekel melemah menjadi 3.27 terhadap dolar AS.