Sabtu 23 Jan 2021 16:10 WIB

Bio Farma Produksi 4,7 Juta Dosis Vaksin untuk Februari

Indonesia butuh vaksin Covid untuk 181,5 juta penduduk atau setara 426 juta orang.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Petugas menurunkan envirotainer yang berisi bahan baku vaksin Covid-19 setibanya di PT Bio Farma, Jalan Pasteur, Kota Bandung, Selasa (12/1). Sebanyak 15 juta dosis bulk atau bahan baku vaksin Sinovac Ready to Fill (RTF) tiba di Indonesia, selanjutnya akan diproses oleh PT Bio Farma dan rencananya akan didistribusikan mulai Februari 2021. Foto: Abdan Syakura/Republika
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas menurunkan envirotainer yang berisi bahan baku vaksin Covid-19 setibanya di PT Bio Farma, Jalan Pasteur, Kota Bandung, Selasa (12/1). Sebanyak 15 juta dosis bulk atau bahan baku vaksin Sinovac Ready to Fill (RTF) tiba di Indonesia, selanjutnya akan diproses oleh PT Bio Farma dan rencananya akan didistribusikan mulai Februari 2021. Foto: Abdan Syakura/Republika

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Setelah menerima 15 juta dosis bulk vaksin Covid-19 dari Sinovac, pada 12 Januari 2021 lalu, Bio Farma menyatakan siap untuk meneruskan proses produksi dari bahan menjadi produk final. Perseroan menyatakan, bahan baku sudah mulai diproduksi pada pertengahan Januari 2021.

Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir mengatakan, hasil dari proses produksi bahan baku tersebut akan melengkapi pasokan vaksin dalam kemasan finish product sebanyak tiga juga dosis yang sudah diterima sebelumnya pada Desember 2020 yang lalu.

Baca Juga

“Kolaborasi antara Bio Farma dengan Sinovac melalui dua mekanisme, yaitu impor dalam bentuk barang jadi atau finished product single dose yang diperuntukan front liner di Indonesia dan impor dalam bentuk bulk atau konsentrat vaksin. Dari bulk ini, akan diproses lebih lanjut di Bio Farma di fasilitas fill and finish yang ada di Bio Farma," katanya dalam Siaran Pers Bio Farma, Sabtu (23/1).

Honesti meneruskan, sebanyak tiga juta dosis vaksin Covid-19 dalam bentuk barang jadi sudah diterima pada Desember 2020 yang lalu. Dari jumlah tersebut, 1,2 juta dosis diantaranya sudah terdistribusi ke 34 provinsi. Sisanya, 1,8 juta dosis mulai disitribusikan pada pekan ini.

Adapun untuk bahan baku, Bio Farma akan menerima sebanyak 140 juta dosis yang akan diterima secara bertahap. "Tahap pertama pengiriman bahan baku ini, sudah kami terima sebanyak 15 juta dosis pada 12 Januari 2021 yang lalu," ujarnya.

“Sampai dengan hari Jumat (21/1), sudah ada 4 juta dosis yang sudah selesai diproduksi. Status produk sedang dalam tahap proses quality control yang akan dikirimkan ke Badan POM untuk mendapatkan lot release agar dapat didistribusikan dan diperkirakan sampai dengan bulan Februari 2021 mendatang. Akan siap sebanyak 4 juta dosis vaksin," katanya.

Adapun, untuk pendistribusian vaksin sendiri, ia mengatakan, grup Bio Farma, bersama anggota PT Kimia Farma, (Tbk) dan PT Indofarma (Tbk), sudah memiliki 48 cabang atau warehouse yang ada di seluruh Indonesia. Cabang tersebut bisa dioptimalkan.

Sementara dalam sisi teknologi, Bio Farma sudah menyiapkan digital solution yang bersifat end-to-end mulai dari pabrik produksi, proses distribusi dan sampai di tujuan akhir (fasilitas kesehatan).

Ia mengatakan, Indonesia membutuhkan vaksin Covid-19 untuk 181,5 juta penduduknya, atau setara dengan 426 juta dosis. Untuk mengantisipasi kelangkaan pasokan vaksin Covid-19 dari produsen Covid-19, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Permenkes  Nomor HK.01.07/MENKES/12758/2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksinasi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

"Dari Permenkes tersebut, supply vaksin akan didapat dari  hasil produksi PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc. and BioNTech dan Sinovac Life Sciences Co., Ltd dan Novovax. Tentunya keseluruhan vaksin Covid-19 tersebut, harus melaporkan hasil Uji Klinis 1 sampai dengan 3, dan mendapatkan EUA dari Badan POM," kata dia.

Untuk dapat memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 yang dibutuhkan oleh Indonesia, ia mengatakan, Bio Farma sudah melaksanakan amandemen supply agreement yang ditandatangani oleh Honesti Basyir pada 30 Desember 2021, dengan perusahaan farmasi asal Kanada, AstraZeneca, dan Novovax, masing-masing sebanyak 50 juta dosis.

Untuk AstraZeneca, diperkirakan akan mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) pada dari Badan POM pada April 2021. Sedangkan untuk Novovax akan mulai dipasok pada kuartal kedua 2021 melalui anggota Holding BUMN Farmasi, Indofarma, dan diperkirakan akan mendapatkan EUA dari Badan POM pada Mei 2021.  

"Sehingga total yang sudah diamankan dari kedua perusahaan tersebut untuk Indonesia sebanyak 100 juta dosis. Selain dengan dua perusahaan tersebut, Bio Farma juga akan direncanakan menandatangani supply agreement dengan Pfizer Biontech," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement