PGN telah menyebar dokumen Request for Information (RFI) yang sudah dikirimkan kepada para calon mitra. Nantinya PGN berharap para mitra bisa tidak hanya dari sisi pendanaan tapi juga memberikan masukan tentang berbagai hal teknis untuk bisa memasok gas ke berbagai titik pembangkit.
“Dari sisi tata waktu kami kirimkan RFI, ke pihak-pihak yang minat. Kami berharap ada masukan mengenai pola supply yang maksimal,” ujarnya.
Untuk menjalankan proyek tersebut PGN tidak bisa perhitungkan keekonomian titik demi titik karena volume gas disetiap titik rata-rata masih kecil lantaran pembangkit juga berkapasitas kecil-kecil. Menurut Syahrial pola operasi PLN menjadikan pembangkit itu sebagai peaker.
“Kami harus cari terobosan supaya bisa jalan. Yang dilakukan klasterisasi titik-titik berdekatan dari sana buat simulasi infrastruktur yang dibutuhkan,” ungkap Syahrial.
Beberapa simulasi yang dikaji pertama adalah dari mana asal LNG, kemudian ukuran kapal, ketiga ketika tahu lama perjalanan setiap titik tahu berapa besar storage. Kapasitas regasifikasi sendiri sesuai dengan kapasitas pembangkit listrik. “Itu karakterisik peaker walaupun volume kecil kapasitas regasifikasi diangka maksimum,” kata dia.
PGN juga akan membangun hub dalam bentuk storage floating, sehingga LNG dari Tangguh bisa dibawa ke Ambon, ada juga hub di bali, lampung atau di cilamaya.
“Dengan optimasi titik-titik tadi harga gas yang nantinya bisa provide ke PLN dengan demand yang sudah disampaikan acuan harga HSD kami harap harga gas sama dengan harga HSD,” kata Syahrial.