Kerugian yang dialami perusahaan ini salah satunya disebabkan beban yang meningkat sebesar 16,6 persen menjadi Rp 25,53 triliun pada tahun 2020. Pada tahun 2019, beban yang ditanggung perusahaan sekitar Rp 22 triliun.
Peningkatan beban ini utamanya diakibatkan beban karyawan dan beban depresiasi dan amortisasi, yang diimbangi penurunan dalam beban umum dan administrasi, beban pemasaran, serta beban penyelenggaraan jasa.
Manajemen ISAT mengakui, 2020 merupakan tahun yang penuh tantangan dalam berbagai aspek, termasuk dampak pandemi Covid-19 serta tekanan persaingan dari operator lain. Meski demikian, perusahaan terus berupaya melakukan perbaikan jaringan dan inovasi layanan digital bagi pelanggan.
Upaya tersebut terbukti meningkatkan pertumbuhan Average Revenue per User (ARPU) sebesar 14,3 persen menjadi Rp 31,9 ribu dari sebelumnya sebesar Rp 27,9 ribu pada tahun 2019. Selain itu, pelanggan selular juga tumbuh 1,7 persen menjadi 60,3 juta pada akhir tahun 2020.
Manajemen ISAT optimistis momentum pertumbuhan pada tahun lalu tersebut akan berlanjut di tahun 2021. Perseroan menargetkan EBITDA di kisaran batas bawah level 40 persen serta belanja modal di kisaran Rp 8 triliun.
"Kami berharap bahwa tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya, namun dengan tetap mempertimbangkan ketidakpastian pemulihan ekonomi dari Covid-19," kata Kharisman.