Sampai saat ini porsi kredit perbankan Indonesia ke Usaha Mikro Menengah (UMKM), ujar Teten, baru sekitar 20 persen. "Sementara di negara lain sudah cukup tinggi misalnya di Korea Selatan yang mencapai 80 persen, Singapura 39 persen, Thailand 50 persen, Malaysia 51 persen, dan Jepang 66 persen," jelas dia.
Melalui kampus, Teten yakin akan banyak wirausaha muda yang berbasis digital dan para kreator UKM yang lahir di masa depan. Indonesia sendiri adalah lumbung dari startup berbasis teknologi digital. Berdasarkan data Startup Ranking (2020) ada 2.206 startup teknologi membuat Indonesia bisa menempati posisi 2 negara dengan startup terbanyak di Asia.
Maka Kementerian Koperasi dan UKM mengapresiasi upaya Universitas Komputer Indonesia yang telah mendirikan Inkubator Bisnis dan KUMKM Universitas Komputer Indonesia (Inbiskom). Teten berkomitmen pemerintah akan menjalin lebih banyak kolaborasi dengan pihak lain guna menduking kebijakan besar pembangunan UMKM nasional.
“Kami tengah menyusun program pengembangan wirausaha anak muda yang punya latar belakang pendidikan yang baik dan konsep bisnis inovatif dan produk unggul,” katanya. Ia menambahkan, tren pasar global menunjukkan berbagai produk costumized atau produk kreatif yang diproduksi sesuai pesanan dan tidak secara massal akan terus berkembang.
“Kita kuat dalam hal ini dan ke depan ini bisa menjadi basis industri ekonomi baru,” tegas Teten. Melalui keterlibatan kampus, ia berharap akan banyak solusi permasalahan bangsa termasuk masalah UMKM yang dapat diatasi.
“Kepada seluruh civitas akademika Universitas Komputer Indonesia, saya ucapkan selamat atas terselenggaranya kegiatan Gelar Produk dan Business Matching 2021. Semoga kerja sama dan kolaborasi yang baik antara pemerintah serta akademisi mampu menggeliatkan UMKM untuk dapat berkontribusi lebih besar lagi pada perekonomian nasional,” katanya.