Erick mengatakan Indonesia memiliki potensi besar menjadi produsen baterai kendaraan listrik lantaran memiliki sumber daya alam yang dibutuhkan. "Kita salah satu produsen nikel dan bauksit terbesar karena itu kita lihat dari komponen-komponen dasar makanya kita agresif (kembangkan baterai kendaraan listrik)," sambung Erick.
Erick mengatakan Indonesia melalui konsorsium BUMN yang terdiri atas Pertamina, PLN, hingga Mind ID telah menandatangani kerja sama pengembangan baterai kendaraan listrik dengan CATL dan LG Chem.
Indonesia, lanjut Erick, juga terus mengadakan pembicaraan dengan beberapa perusahaan besar lainnya dari Jepang hingga Amerika Serikat, termasuk yang sering dibicarakan di publik yaitu Tesla.
"Pengembangan industri baterai kendaraan listrik bisa menjadi fondasi pertumbuhan tidak untuk hanya satu tahun, tapi 20 tahun yang akan datang berdasarkan kekuatan sumber daya alam Indonesia," ungkap Erick.
Selain pengembangan baterai kendaraan listrik, kata Erick, Indonesia juga memiliki fondasi sumber daya alam lain yang melimpah seperti batu bara, kelapa sawit, karet, dan tembaga. Olehkarenanya, ucap Erick, pemerintah saat ini sedang merelaksasi komoditas-komoditas tersebut menjadi fundamental pertumbuhan bangsa.
Erick mengatakan pemerintah sudah membuka pembicaraan dengan beberapa negara tujuan seperti China, Jepang, dan Amerika Serikat untuk menjadi bagian sinergisitas komoditas tersebut guna mewujudkan kerja sama yang saling menguntungkan.
"Kita optimistis pertumbuhan Indonesia secara ekonomi tahun ini akan lebih baik dari tahun kemarin, kalau tahun kemarin kita itu minus 2,1 persen, Insyaallah tahun ini kita bisa tumbuh tiga sampai lima persen," kata Erick menambahkan.