Dari potensi kenaikan luas panen itu, setidaknya diproyeksikan kenaikan produksi gabah kering giling (GKG) sebesar 26,68 persen dari 19,99 juta ton tahun lalu menjadi 25,37 ton tahun ini. Dari proyeksi itu, produksi beras bisa mencapai 14,54 juta ton. Angka itu naik 26,84 persen dari produksi Januari-April 2020 sebesar 11,46 juta ton.
"Curah hujan 2020 berdampak positif sehingga meningkatkan luas panen sepanjang Januari-April 2021. Pola ini mendekati pola tahun 2019," kata Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Senin (1/3).
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Rusli Abdullah, mengatakan, potensi loses produksi beras dari hulu ke hilir masih berkisar 7,9 persen. Menurutnya, pemerintah ke depan harus terus menekan angka loses agar produksi beras yang diperoleh dari penggilingan bisa terus meningkat.
Di satu sisi, upaya peningkatan produktivitas juga harus dilanjutkan. Salah satunya dengan menggencarkan upaya mekanisasi untuk meningkatkan efisiensi produksi di hulu. "Usaha peningkatan produktivitas harus diteruskan," katanya.
Selain itu, hal lain yang perlu diantisipasi mengenai konversi lahan pertanian terutama di Jawa. Rusli menekankan, Jawa sebagai pusat produksi beras harus dipertahankan oleh pemerintah. Meskipun dalam konversi lahan terdapat penggantian, namun belum dipastikan kesesuaian lahan untuk bisa menghasilkan beras dengan volume dan kualitas yang sama.