Kamis 04 Mar 2021 15:46 WIB

Kesenjangan Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Masih Besar

Bank Dunia mencatat defisit investasi infrastruktur mencapai 1,5 triliun dolar AS.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Foto udara aktivitas pembangunan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Ketanggan, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Ahad (14/2). Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau SMI Edwin Syahruzad mengatakan sektor pembiayaan masih menjadi bisnis inti dari SMI.
Foto:

Berdasarkan laporan Bank Dunia pada 2018, ucap Edwin, kebutuhan investasi infrastruktur Indonesia sangat besar dengan akumulasi defisit investasi infrastruktur mencapai 1,5 triliun dolar AS atau Rp 14 ribu triliun. 

Dalam RPJMN 2020-2024, lanjut Edwin, kebutuhan investasi infrastruktur Indonesia tercatat sebesar Rp 6.445 triliun yang berasal dari APBN dengan 37 persen, dan sisanya dari BUMN sebesar 21 persen serta swasta sebesar 42 persen.

Edwin mengatakan persoalan lain terletak pada sejumlah BUMN karya yang sudah over leverage sehingga memerlukan dukungan modal untuk percepatan pembangunan infrastruktur. Persoalan BUMN karya yang mengalami over leverage lantaran adanya penugasan yang diberikan pemerintah yang juga diperparah dengan adanya pandemi.

"Berdasarkan berita terakhir, BUMN karya merupakan salah satu dari tiga BUMN selain PTPN dan KAI yang memiliki tingkat utang tertinggi," ucap Edwin.

Edwin menyebut suntikan penyertaan modal negara (PMN) tidak dapat sepenuhnya menutupi kebutuhan ekuitas BUMN. Edwin mencontohkan kebutuhan ekuitas Hutana karya hingga 2030 yang sebesar Rp 291, 7 triliun, sementara PMN untuk Hutama Karya pada 2021 hanya sebesar Rp 7,5 triliun atau 2,6 persen dari total ekuitas yang dibutuhkan hingga 2030.

Edwin berharap keberadaan SMI yang juga kini ditambah dengan adanya Lembaga Pengelola Investasi (LPI) dapat memacu percepatan pembangunan infrastruktur ke depan. SMI sendiri, kata Edwin, telah melakukan sejumlah hal mendukung pembiayaan pembangunan infrastruktur dengan sejumlah inovasi seperti platform kemitraan pembiayaan yang menawarkan layanan konsultasi dan pengembangan proyek yang  berkualitas.

 

"Kami harus inovatif dalam memberikan pembiayaan investasi karena sudah ada LPI yang melengkapi perbankan yang selama ini sudah menggarap sektor  infrastruktur. Kami juga selalu bersinergi dengan BUMN lain," kata Edwin menambahkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement