“Pastinya 2022 defisit APBN lebih rendah dari tahun ini (yang ditarget 5,7 persen). Kita pasti akan terus melakukan konsolidasi dan membawa defisit hingga di bawah tiga persen pada 2023,” ucapnya.
Sri Mulyani meyakini perekonomian Indonesia akan masuk masa pemulihan mulai tahun ini. Maka begitu, indikator penopang pertumbuhan ekonomi akan mulai membaik, seperti konsumsi rumah tangga, ekspor, hingga investasi.
Hal ini, katanya, akan membuat konsumsi pemerintah yang kemarin bekerja secara 'jor-joran' akan berkurang, sehingga melonggarkan beban APBN dan bisa mengurangi tekanan defisit.
"Ada recovery yang diproyeksi terjadi kuartal II dan III. Perekonomian sekarang sudah bekerja lagi, konsumsi, investasi, ekspor, dan pemerintah tidak lagi menjadi satu-satunya mesin yang bekerja seperti tahun lalu," katanya.
Maka itu, defisit anggaran bisa sedikit berkurang. Pada tahun ini saja misalnya, pemerintah menargetkan defisit sudah mulai turun dari kisaran enam persen ke lima persen dari produk domestik bruto (PDB).
Kemudian pemerintah tetap bekerja sama dengan Bank Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan terkait penanganan covid-19 dan PEN. Menurutnya, ini akan membuat kebutuhan stimulus cepat terpenuhi dan memberi dampak pemulihan yang lebih cepat.
“Pemerintah terus menjalankan tata kelola APBN yang disiplin dan penuh kehati-hatian. Kami juga jaga dari sisi kesehatan pengeluaran, begitu juga dari sisi penerimaan," ucapnya.
Defisit APBN 2021 sebesar Rp 63,6 triliun atau 0,36 persen dari PDB per Februari 2021. Defisit terjadi karena pendapatan negara sebesar Rp 219,2 triliun, sedangkan belanja negara sebesar Rp 282,7 triliun.