EKBIS.CO, BANGKOK -- Thailad masuk dalam daftar pantauan Amerika Serikat (AS) yang diduga berpotensi melakukan manipulasi mata uang. Bank of Thailand menanggapi keputusan AS tersebut dengan menyatakan hanya akan masuk ke pasar untuk menekan volatilitas bath.
"Bank sentral berkomitmen untuk menjaga fleksibilitas nilai tukar dengan intervensi terbatas hanya untuk menekan volatilitas yang berlebihan dan pergerakan cepat," kata Asisten Gubernur Bank of Thailand, Chantavarn Sucharitakul dalam sebuah pernyataan dikutip Bloomberg, Ahad (18/4).
Thailand termasuk di antara 11 negara dalam daftar pemantauan Departemen Keuangan AS yang diumumkan Jumat (16/4) kemarin. Thailand dianggap memenuhi dua dari tiga kriteria yang diduga berpotensi melakukan manipulasi mata uang.
Adapun kriteria tersebut yaitu negara dengan surplus perdagangan lebih dari 20 miliar dolar AS dengan AS, surplus neraca berjalan minimal 2 persen dari produk domestik bruto (PDB), serta intervensi sepihak dalam mata uang sebesar 2 persen dari PDB dalam enam bulan selama setahun.
Laporan kebijakan valuta asing pertama pemerintahan Biden menghindari untuk melabeli mitra dagangnya sebagai manipulator, meskipun Swiss, Taiwan, dan Vietnam memenuhi ambang batas untuk label tersebut.
Thailand tetap berada di daftar AS selama dua periode berturut-turut. Meski demikian, Chantavarn menegaskan tidak melihat dampak pada arus bisnis dan aktivitas antara sektor swasta yang terlibat dalam perdagangan bilateral dan investasi dengan AS.
"Lebih penting lagi, penilaian tersebut tidak menghalangi kemampuan BOT untuk memenuhi mandatnya dalam menerapkan kebijakan makroekonomi untuk menjaga stabilitas domestik," kata Chantavarn.
Baht Thailand menguat 5,8 persen terhadap dolar AS di kuartal keempat 2020. Penguatan itu terlepas dari kontraksi ekonomi paling tajam dalam lebih dari dua dekade tahun lalu ketika pandemi menghancurkan sektor pariwisata dan ekspor yang menjadi pendorong utama pertumbuhan Thailand.
Bank sentral mengatakan akan memantau dengan cermat perkembangan perdagangan dan neraca transaksi berjalan. Neraca transaksi berjalan Thailand berada pada tren menurun sebagai akibat dari penurunan sektor pariwisata.