Yuan digital China tak akan menurunkan pamor dolar, menurut pejabat Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat (AS).
Bank sentral terbesar dunia, termasuk Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) dan US Federal Reserve semakin meningkatkan aktivitas guna merilis uang tunai digital; mengincar perbaikan sistem pembayaran dan mencegah munculnya cryptocurrency.
PBOC memimpin pasar dengan yuan digital; jauh di depan inisiatif serupa oleh negara-negara besar lainnya. Bank sentral itu mencoba membuat yuan digital lebih terkenal secara internasional, dikutip dari Reuters, Jumat (30/4/2021).
Baca Juga: Negara Ini Bakal Setujui Dana yang Fokus ke Cryptocurrency, Karena . . . .
Baca Juga: Gak Main-Main, Para Ahli Prediksi Harga Bitcoin Dapat Lampaui Rp1,7 M!
Hal itu mendorong sejumlah analis mempertanyakan apakah laju yang lebih cepat dari China dapat mendorong yuan menggeser dominasi dolar?
Menanggapi itu, Komisaris Republik di SEC, Hester Peirce mengatakan, kebangkitan stablecoin akan mempertahankan status mata uang AS. "Bahkan pada 2021, ada pertumbuhan luar biasa dalam stablecoin. Secara efektif, itu mungkin menjadi jawaban kami untuk CBDC China," ujarnya.
Peirce menambahkan, jika stablecoin itu mendapat dukungan dolar, maka mata uang fiat AS itu masih cukup relevan di pasar.
"Jika mereka didukung oleh dolar, maka saya pikir dolar masih akan cukup relevan," katanya lagi.
Ketua Bank Sentral AS, Jerome Powell mengatakan, rencana yuan digital China tak akan mendorong The Fed mempercepat rencana dolar digital. Sebab, tujuan utama mereka bukan kecepatan ke pasar, tetapi untuk menghindari kesalahan langkah dalam proses digitalisasi dolar.