EKBIS.CO, JAKARTA -- Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta mengakui bahwa pandemi Covid-19 masih cukup kuat menekan daya beli masyarakat. Hal ini terlihat dari rilis Badan Pusat Statistik (BPS) terkait pertumbuhan ekonomi nasional yang masih terkontraksi 0,74 persen pada kuartal I 2021.
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan menurut pengeluaran disusun oleh pertumbuhan konsumsi yang masih terkontraksi minus 2,23 persen, investasi minus 0,23 persen, belanja pemerintah 2,96 persen, ekspor 6,74 persen, dan impor 5,27 persen.
Mengacu pada rincian pertumbuhan berdasarkan pengeluaran tersebut, Arif membenarkan pandemi covid-19 ini masih menekan perekonomian baik dari sisi pasokan maupun permintaan.
"Pemerintah terus bekerjasama dengan otoritas moneter terus berupaya untuk mempertahankan dan memperbaiki kedua hal tersebut," kata Arif dalam keterangan pers, Rabu (5/5).
Walau masih mencatatkan kontraksi, Arif menilai trennya terus bergerak positif dibanding kuartal-kuartal sebelumnya. Sebagai informasi, ekonomi Indonesia mulai mengalami kontraksi pada kuartal II 2020 lalu dengan capaian -5,32 persen, kuartal III dengan -3,49 persen, dan kuartal IV dengan -2,19 persen.
Presiden Jokowi juga disebut optimistis perekonomian Indonesia akan kembali tumbuh positif pada kuartal kedua dan kuartal berikutnya di tahun 2021. Demi mencapai target tersebut, pemerintah tetap memprioritaskan penanganan pandemi dari aspek kesehatan.
"Protokol kesehatan 3M tidak boleh diabaikan, jangan mudik, belanja lebih baik secara online, selain vaksinasi akan terus digenjot pemerintah," ujar Arif.
Faktor eksternal juga dianggap turut mendorong penguatan ekonomi Indonesia. Arif menyebutkan, beberapa negara mitra dagang utama Indonesia sudah mulai mencatatkan pertumbuhan positif. Misalnya, China yang tumbuh 18,3 persen, Amerika Serikat 0,4 persen, dan Singapura 0,2 persen.
"Ini diyakini bisa memperkuat permintaan ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut," kata Arif.