EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) baru saja meliris laporan keuangan tahun anggaran 2020. PLN pada tahun lalu membungkus laba sebesar Rp 5,9 triliun.
Laba tersebut naik dari laba tahun 2019 yang sebesar Rp 4,2 triliun. Laba di tahun 2020 didukung dari pendapatan PLN sebesar Rp 345,4 triliun. Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menjelaskan meskipun sebagian besar bisnis tengah menghadapi pandemi Covid-19 yang juga menyebabkan perekonomian nasional menurun, PLN tetap mencatatkan kinerja positif.
"Pencapaian ini merupakan hasil dari Transformasi PLN, yang berfokus pada peningkatan pendapatan dan menurunkan biaya pokok penyediaan, serta peningkatan layanan," ujar Zulkifli, Senin (24/5) malam.
Dalam laporan keuangannya pendapatan perusahaan sebesar Rp 345,4 triliun ditopang dari pendapatan penjualan tenaga listrik mencapai Rp 274,9 Triliun. Sedangkan penyambungan pelanggan sebesar Rp 312,7 juta.
Namun angka pendapatan di 2020 memang sudah termasuk jatah subsidi dan kompensasi yang diberikan pemerintah. Tercatat pendapatan dari subsidi sebesar Rp 47,9 triliun. Sedangkan dari kompensasi listrik sebesar Rp 17,9 triliun.
“PLN beradaptasi dengan tantangan untuk menambah revenue perusahaan sekaligus mendukung perkembangan dunia industri, yaitu melalui akuisisi captive power di industri, elektrifikasi sektor agrikultur dan perikanan, serta migrasi ke kompor listrik atau electrifying lifestyle,” ujar Zulkifli.
Dari sisi beban usaha, pada tahun 2020 beban usaha PLN turun dari Rp 136 triliun pada 2019 menjadi Rp 106 triliun pada 2020. Salah satu komponen menurunnya beban usaha adalah beban bahan bakar dan pelumas. 2019 PLN menghabiskan Rp 136 triliun untuk bahan bakar, turun pada 2020 menjadi Rp 106 triliun.
Namun, dari sisi pembelian tenaga listrik dari IPP, pada tahun 2020 PLN mengalami kenaikan. Semula di 2019 beban usaha pembelian tenaga listrik sebesar Rp 83 triliun naik menjadi Rp 98 triliun pada 2020.
Zulkifli menambahkan, selain upaya efisiensi, korporasi yang dipimpinnya juga meningkatkan pengelolaan berbasis Good Corporate Governance (GCG), pengendalian likuiditas yang ketat, memperkuat pengelolaan Manajemen Risiko, dan pengelolaan keuangan yang hati-hati.
“Di sisi pengelolaan keuangan, PLN juga membangun “Cash War Room” yang dikelola secara prudent dan dimonitor on daily basis, Management Information System yang terintegrasi, dan sistem pengadaan yang sebagian besar terdigitalisasi,” papar Zulkifli.