EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Unilever Oleochemical Indonesia terus memperluas investasinya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Sumatera Utara. Perusahaan berencana menanamkan investasi baru sebesar Rp 2,5 triliun di kawasan itu.
Investasi tersebut berpotensi menciptakan sedikitnya 600 tenaga kerja langsung dan 6.000 lebih tenaga kerja tidak langsung. ”Kami tengah berencana melakukan ekspansi Marvel 2, yaitu perluasan oleochemical produk dan produk dengan nilai tambah lebih yakni soap noodles dan surfaktan melalui inovasi teknologi. Nilai investasinya Rp 2,5 triliun,” kata Direktur Keuangan PT Unilever Indonesia Arif Hudaya, ketika bertemu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto di kantornya, Jakarta, Senin (7/6).
Perluasan investasi itu akan menghasilkan produk split fatty acid, distilled fatty acid, soap noodles, specialty surfactants dan pharma grade glycerin. Produk utama untuk diekspor ke India (Hindustan Unilever Ltd) yakni split fatty acid.
Airlangga pun menyambut baik rencana PT Unilever Oleochemical Indonesia tersebut. Ia juga menegaskan komitmen pemerintah dalam memberikan insentif berupa tax holiday terhadap investasi baru yang akan dilakukan oleh Unilever di KEK Sei Mangkei.
Sejak 2013 hingga 2020, Unilever telah menanamkan investasi sebesar Rp 2,5 triliun. Portofolio produknya meliputi asam lemak (fatty acid), gliserin, soap noodles, dan dove noodles. Kemudian Unilever melakukan investasi lanjutan Marvel 1 sebesar Rp 300 miliar pada 2021, yang secara fisik sudah berjalan hingga 92,5 persen.
Melalui rencana tambahan investasi baru sebesar Rp 2,5 triliun, total investasi Unilever di KEK Sei Mangkei nantinya mencapai Rp 5,3 triliun. Hingga saat ini, kehadiran Unilever di KEK Sei Mangkei telah memberikan dampak ekonomi cukup luas, di antaranya penambahan ekspor sebesar hampir 300 juta dolar AS dari Indonesia, sehingga menjadi 800 juta dolar AS per tahun. Kemudian menyerap 430 tenaga kerja langsung dan 2.000 lebih tenaga kerja tidak langsung.
Investasi Unilever dinilai pula memberikan banyak efek di luar kawasan KEK Sei Mangkei, khususnya bagi industri mikro. Di antaranya perkembangan toko atau convenience store yang meningkat dari 2 toko menjadi 14 toko, jumlah hotel meningkat dari 1 hotel menjadi 6 hotel, terjadi peningkatan harga tanah dari Rp 300 ribu per meter persegi menjadi Rp 1 juta per meter persegi. Lalu pengadaan cafe dengan jumlah toko 20 lebih, pengadaan tempat makan dengan jumlah toko 50 lebih, dan pengadaan toko elektronik/ponsel sejumlah 20 tokoh lebih.
Saat bertemu Airlangga, jajaran Direksi PT Unilever Indonesia dan PT Unilever Oleochemical Indonesia menyampaikan beberapa harapan. Pertama, meminta dukungan keberlanjutan penyediaan gas di KEK Sei Mangkei dengan harga 6 dolar AS per MMBTU.
Kedua, optimalisasi pemanfaatan Pelabuhan Kuala Tanjung. Saat ini Pelabuan Kuala Tanjung dan KEK Sei Mangkei belum terkoneksi dengan kereta api, jalur kereta api sudah terbangun, namun belum beroperasi. Unilever juga mengharapkan adanya tangki timbun di Pelabuhan Kuala Tanjung bagi produk mereka.
Ketiga, terkait pembangkit listrik tenga biomassa di KEK Sei Mangkei. Penggunaan listrik dari sumber terbarukan seperti biomassa merupakan bagian dari program keberlanjutan yang dijalankan oleh Unilever global untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya di Indonesia.
PTPN III sebagai pengelola KEK Sei Mangkei saat ini sedang membangun pembangkit listrik tenga biomassa yang diperkirakan selesai pada pertengahan 2023 dengan kapasitas 9 MW. Airlangga pun berjanji akan melakukan koordinasi dengan berbagai instansi, guna membahas permintaan investor di KEK Sei Mangkei tersebut.