EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) akan menjadi Bank Umum Syariah kategori BUKU IV pada tahun depan. Wakil Direktur Utama 2 BSI, Abdullah Firman Wibowo mengatakan kapasitas BSI akan semakin meningkat seiring dengan kenaikan jadi BUKU IV.
"InsyaAllah tahun depan bisa BUKU IV karena modal kami yang sudah cukup," katanya saat menjadi dosen tamu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang, Selasa (15/6).
Per Maret 2021, modal inti tier 1 tercatat sebesar Rp 21,23 triliun dan modal pelengkap atau tier 2 sebesar Rp 2 triliun. Total modal tercatat sebesar Rp 23,3 triliun. Sementara itu modal disetor BSI tercatat Rp 20,52 triliun dengan total ekuitas sebesar Rp 22,5 triliun.
Untuk menjadi BUKU IV, BSI perlu mengumpulkan modal inti minimal Rp 30 triliun. Firman mengatakan berbagai strategi telah dirancang untuk bisa mencapai target. Sejumlah strategi termasuk meningkatkan performa di beberapa fokus usaha.
"Segmen utama BSI saat ini adalah wholesale, UMKM, retail konsumer, dan go global," katanya.
Keputusan ekspansi global tidak hanya menjadi strategi peningkatan performa bisnis tapi juga membangun citra Indonesia. Firman mengatakan keberadaan di tingkat global saat ini masih dipersiapkan dan terus dijajaki.
Ini tidak semata-mata untuk tujuan bisnis, tapi juga membangun intelligence, image, baik itu corporate image, maupun branding secara nasional. BSI juga melakukan penjajakan tersebut secara bersinergi dengan institusi lain seperti BUMN.
"Banyak perusahaan Indonesia di sana yang bisa kita sinergikan untuk melayani orang-orang Indonesia di luar negeri, seperti buruh migran dan diaspora lainnya," katanya.
Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah KNEKS, Sutan Emir Hidayat menyampaikan penguatan sektor keuangan syariah adalah bagian dari strategi nasional untuk menjadikan Indonesia sebagai Global Hub Ekonomi dan Keuangan Syariah Global. Seperti tercantum dalam Masterplan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia.
Merger tiga bank menjadi BSI adalah cara untuk mencapai hal tersebut. Ia mengatakan, BSI dibentuk untuk bisa memaksimalkan potensi ekosistem keuangan syariah dengan melengkapi rantai nilai halalnya.
"Selama ini kita hanya penetrasi enam persen perbankan syariah karena rantai nilai halalnya tidak berjalan," katanya pada kesempatan yang sama.
Seharusnya, industri halal di Indonesia dibiayai atau didanai oleh perbankan syariah. Namun, kapasitas bank syariah yang sangat kecil dan terbatas menjadikannya tidak bisa membiayai proyek besar dan memenuhi kebutuhan pasar yang ada.
Padahal, industri halal menyumbang 80 persen pada perekonomian Indonesia. Sehingga diharapkan, dengan BSI menjadi bank dengan kapasitas besar di BUKU IV, maka lini bisnisnya bisa memenuhi kebutuhan pasar.