Permintaan Pengiriman Tinggi
Yahya menyebut, saat ini masih dibutuhkan upaya lebih agar tol laut lebih maksimal. Khususnya dalam meningkatkan muatan balik kapal tol laut agar lebih efisien.
Dia menuturkan, perlahan tol laut sudah menerima permintaan pengiriman barang yang sangat tinggi. Kondisi itu menurutnya harus segera diantisipasi, salah satunya melalui ketersediaan reefer container. "Saat ini ketersediaan jumlah reefer container yang tersedia terbatas," ujar Yahya.
Padahal, saat ini muatan kapal balik mulai menunjukan perkembangan yang positif karena terjadi kenaikkan pengiriman. Yahya mengatakan, pemerintah daerah saat ini mulai menunjukkan komoditas unggulan.
Pelni mencatat, trayek tol laut yang memiliki muatan terbanyak pada trayek T-10 rute Tanjung Perak-Tidore-Morotai-Galela-Maba/Buli-Weda-Tanjung Perak yang dilayari oleh KM Lognus 5. “Rute T-10 ini menyumbang muatan balik sebanyak 551 TEUs. Muatan balik didominasi dengan hasil unggulan daerah meliputi olahan kayu, kopra, hingga hasil laut seperti ikan, udang, dan cumi,” ungkap Yahya.
Trayek T-10 tersebut bahkan juga berkontribusi besar kepada kinerja angkutan barang Pelni pada semester I tahun ini karena produksinya paling tinggi. Pada paruh pertama tahun ini, Pelni mencetak kenaikan produksi hingga 85 persen. Yahya menuturkan, muatan berangkat biasanya diisi dengan bahan sembako dan produk industri seperti minyak goreng, gula, mi instan, air mineral hingga makanan ringan.
Sepanjang semester I tahun ini, kapal barang Pelni berhasil mengangkut barang hingga 6.005 TEUs. Angkutan barang tersebut terdiri dari 3.704 TEUs muatan berangkat dan 2.301 TEUs muatan balik.
Pelni pun membidik muatan pada kapal barang hingga akhir 2021 mencapai 9.553 TEUs. “Artinya kita telah mencapai 63 persen untuk menuju target 2021. Kami optimis muatan barang akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya kebutuhan logistik masyarakat terutama pada masa pandemi Covid-19 ini,” ungkap Yahya.
Sementara itu, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Mugen Sartoto menilai, Pelni sangat membantu penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut. Mugen mengatakan, dalam menyambung kesejahteraan hingga perbatasan nusantara, Pelni menggunakan empat kapal negara dari Kemenhub dan lima armada milik Pelni.
Mugen mengatakan dari evaluasi yang dilakukan sepanjang operasional tol laut pada semester I tahun ini, jumlah muatan berangkat keseluruhan mencapai 6.617 teus. Sementara itu, untuk jumlah muatan balik kapal tol laut mencapai 2.542 TEUs.
Dengan data tersebut, Mugen menyimpulkan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020, terdapat peningkatan muatan berangkat sebesar 20 persen dan muatan balik sebesar 48 persen. "Pada semester pertama 2020, muatan berangkat tol laut hanya 5.530 TEUs dan muatan balik hanya 1.721 TEUs," kata Mugen kepada Republika.co.id, Senin (23/8).
Kurangi Disparitas Harga
Dengan adanya konektivitas yang baik antara pelabuhan yang ada di seluruh penjuru Indonesia, diharapkan mampu menciptakan kelancaran distribusi barang hingga pelosok nusantara. Tol laut pun mengemban visi utama pemerataan harga barang di seluruh wilayah.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan I Gusti Ketut Astawa mengungkapkan pada April tahun ini dalam Rapat Koordinasi Optimalisasi Program Tol Laut di Kantor Staf Presiden, telah terjadi penurunan harga pada kuartal I 2021. Penurunan harga tersebut mencapai 40,5 persen untuk komoditas tertentu.
"Sebagai contoh, harga besi baja konstruksi 16 mm di Kabupaten Halmahera Selatan yang diangkut melalui tol laut adalah Rp 119 ribu perkilogram. Ini jauh lebih rendah dibandingkan apabila tidak melalui tol laut yang mencapai Rp 200 ribu per kilogram," jelas Astawa.
Tak hanya itu, komoditas lain yang mengalami perubahan harga signifikan diantaranya yaitu daging ayam di Kabupaten Buru Selatan turun dari Rp 60 ribu per kilogram menjadi Rp 45 ribu per kilogram. Begitu juga dengan harga bawang putih di Kabupaten Fakfak turun dari Rp 40 ribu per kilogram menjadi Rp 30 ribu per kilogram. Kemendag juga mencatat harga kedelai di Kabupaten Muna turun dari Rp 15 ribu per kilogram menjadi Rp 9.600 per kilogram