Tetap Jadi Prioritas Meskipun Saat Pandemi
Direktur Kenavigasian Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub Hengki Angkasawan memastikan pandemi Covid-19 tidak menghalangi penyelenggaraan tol laut. Hengki mengatakan, salah satu upaya demi menjamin pelayanan transportasi laut dengan memastikan keamanan dan keselamatan pelayaran yang merupakan prioritas utama dalam transportasi laut.
Dengan begitu, Hengki mengungkapkan dapat melancarkan pengiriman logistik. “Terutama untuk komoditas kebutuhan pokok dan barang strategis di wilayah Indonesia,” ujar Hengki.
Hengki menuturkan, Kemenhub terus meningkatkan keamanan dan keselamatan pelayaran dengan menetapkan alur pelayaran di Pelabuhan Tobelo, Maluku Utara. Pelabuhan yang selesai dibangun pada 2015 itu merupakan salah satu pelabuhan pengumpul yang memiliki fasilitas dermaga untuk peti kemas.
Kondisi itu membuat Pelabuhan Tobelo menjadi sarana penting dalam mendorong roda perekonomian bagi masyarakat Halmahera Utara khususnya di Pulau Morotai. Hengki menuturkan, hadirnya Pelabuhan Tobelo memberikan dampak penurunan harga kebutuhan pokok sehingga menjadi lebih terjangkau dikarenakan supply dapat dibawa langsung dari Surabaya, Makassar, dan Manado ke Halmahera Utara.
"Hal ini tentunya juga sejalan dengan tujuan dari program tol laut yang dicanangkan Presiden Joko Widodo," ujar Hengki.
Memudahkan Shipper dengan Sitolaut
Tak hanya menjamin pengiriman barang tol laut sampai hingga wilayah T3P, para shipper pun juga dipermudah aksesnya. Yahya mengatakan, kemudahan untuk menggunakan layanan kapal tol laut saat ini sudah didukung dengan penggunaan aplikasi Sistem Informasi Tol Laut (Sitolaut) yang digagas Kemenhub.
Aplikasi tersebut memudahkan consignee untuk memilih sendiri supplier, jasa pengurusan transportasi (JPT), maupun jadwal kapal. "JPT juga lebih mudah melakukan booking container dan memanfaatkan ruang-ruang kontainer untuk memuat lebih dari satu shipper," ungkap Yahya.
Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub pun saat ini berkolaborasi dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk mengintegrasikan aplikasi Sitolaut dengan layanan perbankan digital BRI yaitu aplikasi BRISTORE dan BRIVA Web Service. Integrasi ini diharapkan semakin memperlancar distribusi logistik dan mengoptimalkan program tol laut, khususnya di daerah tertinggal, terluar, terdalam dan perbatasan (T3P).
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengharapkan dengan adanya kolaborasi tersebut dapat memperluas informasi tentang tol laut kepada masyarakat. Khususnya para pelaku usaha di wilayah T3P.
Budi meyakini, integrasi Sitolaut dengan BRISTORE dapat mempermudah pendaftaran melalui aplikasi tol laut bagi para pelaku usaha yang akan mendaftar sebagai penyedia barang dan pengirim barang yang memanfaatkan kapal tol laut. Sementara, melalui layanan BRIVA dapat memudahkan pembayaran pesanan kontainer kapal tol laut dari pengirim barang kepada operator kapal.
Budi menegaskan, kolaborasi tersebut juga untuk menghindari monopoli dari pihak-pihak tertentu yang membuat harga-harga barang dari tol laut tidak kompetitif. Budi meminta layanan tersebut diintensifkan di titik-titik daerah 3TP seperti Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Memaksimalkan Hub and Spoke
Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenhub (Balitbanghub) menyusun desain jaringan tol laut 2021 dengan mengusung konsep hub and spoke. Desain rute pasangan hub and spoke dibuat dengan memanfaatkan pelabuhan-pelabuhan pengumpul agar dapat mendistribusikan barang ke daerah yang tidak dilayani oleh angkutan barang.
Dengan begitu, rute yang dibuat menjadi maksimal dan menghasilkan biaya yang paling efisien. Konsep tersebut pada akhirnya dapat menekan biaya operasional kapal, pengiriman dengan mempertimbangkan muatan yang dibawa kapal, harga bahan bakar, dan kontainer.
Mugen memastikan konsep hub and spoke akan terus dimaksimalkan. “Upaya pengembangan trayek dengan pola hub and spoke akan terus ditingkatkan,” ujar Mugen.
Tak hanya itu, Kemenhub juga akan terus melengkapi fasilitas bongkar muat pelabuhan di wilayah T3P. Begitu juga dengan perbaikan dan pengembangan sistem digitalisasi.
Chairman Supply Chain Indonesia Setijadi melihat, pembangunan infrastruktur merupakan salah satu pilar penting peningkatan efisiensi logistik nasional. Salah satu pemicu biaya logistik yang tinggi yakni masalah penyebaran infrastruktur yang tidak merata antar wilayah.
Setijadi menuturkan, peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah T3P memerlukan perubahan paradigma dari ship follow the trade menjadi ship promote the trade. Jika mengikuti paradigma lama, infrastruktur dikembangkan mengikuti pertumbuhan industri dan perdagangan.
Dengan paradigma baru, Setijadi menilai infrastruktur dibangun untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi di wilayah baru. Meskipun pada saat ini belum dibutuhkan sepenuhnya, Setijadi yakin infrastruktur di daerah T3P harus segera direncanakan dan dibangun berdasarkan analisis potensi wilayah.
Pertumbuhan ekonomi di wilayah baru akan meningkatkan keseimbangan muatan antar wilayah yang berpotensi menurunkan biaya transportasi dan logistik. “Program tol laut dapat mendukung penerapan paradigma ship promote the trade dengan mengangkut juga barang modal dan bahan baku untuk industri di wilayah baru,” tutur Setijadi.