EKBIS.CO, JAKARTA -- Industri halal Indonesia diyakini mampu mendorong kontribusi pengembangan masyarakat. Terlebih, Indonesia merupakan populasi muslim terbesar di dunia.
Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Muhammad Ali Ramdhani mengatakan, industri halal di Indonesia beragam bentuknya seperti makanan, pariwisata, dan pakaian. Saat ini sejatinya pakaian merupakan kebutuhan primer.
"Pakaian Muslim menjadi bagian aktivitas ekonomi karena menjadikan bagian pokok masyarakat, sehingga diharapkan kebutuhan nyata ini memberikan kontribusi ruang pengembangan masyarakat," kata Ali saat Seminar Islamic Fashion Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Rabu (1/8).
Ali menjelaskan, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat unik disatukan kebangsaan. Hal ini juga sejalan ragamnya komunitas di Indonesia yang menggunakan pakaian sesuai fungsi yang berbeda-beda
"Memiliki pakaian khas jadi ciri masyarakat Indonesia, contohnya memiliki pakaian shalat," ucapnya.
Sementara itu, DP MUI Pusat, Amirsyah Tambunan, menambahkan, ada dua kunci memulihkan ekonomi nasional. Pertama penguatan sumber daya manusia dan kedua memperkuat jejaring melalui pemasaran fesyen demi kepentingan umat dan bangsa.
"Kita perlu menggali potensi dalam bidang keilmuan maupun potensi sosial masyarakat termasuk ekonomi, tanggung jawab harus bersama-sama dilakukan karena MUI tidak bisa berjalan sendiri karena persoalan yang banyak di negara kita," kata Amirsyah.
Sebelumnya Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin mendorong pelaku usaha fesyen di Indonesia terus berekspansi ke pasar global. Hal ini didasari tren peningkatan pengeluaran masyarakat Muslim dunia terhadap modest fashion yang mencapai 277 miliar dolar AS atau meningkat 4,2 persen dari tahun sebelumnya.
Adapun jumlah ini, kata Kiai Ma'ruf, diperkirakan akan mencapai 311 miliar dolar AS pada 2024. "Ini merupakan peluang besar bagi perkembangan dan ekspansi pasar fesyen Indonesia ke seluruh dunia," kata Wapres.