Yudianto menuturkan saat sedang terpuruk, dirinya terus berikhtiar mencari inspirasi untuk melunaskan utangnya. Tak disangka, dia menemukan sebuah iklan yang menjual rumah di dekat perumahannya dengan komisi Rp 10 juta.
"Saya coba. Saya share di grup komplek tetangga. Qadarullah tetangga beli, fee saya pertama Rp 10 juta. Akhirnya dapat rezeki. Saya pun mulai semangat jualan properti," tuturnya.
Namun, tetap saja, saat itu dia masih terus didatangi oleh para penagih utang. Setiap harinya, para penagih utang menyambangi rumahnya yang berada di Kota Depok, Jawa Barat.
Beruntungnya, Yudianto memiliki beberapa trik dalam mengahadapi para penagih utang. Seperti menahan KTP para debt collector saat akan masuk perumahannya lantaran dia saat itu juga menjabat sebagai ketua RT, bahkan hingga melakukan kesepakatan dengan para penagih utang.
Ia mengungkapkan, bahkan ada penagih utang yang justru menalagi pembayaran utangnya terlebih dahulu ke pihak bank. "Teknik pelunasan, ada debt collector yang talangin utang saya Rp 10 juta. Saya bilang hanya bisa bayar Rp 2 juta, akhirsnya saya cicil tidak pakai bunga ke dia. Alhamdulillah karena dia baik, saya lunas dalam waktu dua bulan," ujarnya.
Berhasil menjajakan properti, pada tahun 2013, Yudianto kini fokus dengan usahanya sebagai agen properti. Ia bahkan, masuk ke dalam klub properti. Dari situlah, Yudianto mendapatkan ide untuk membuat usaha sendiri. "Saya coba gandeng arsitek, untuk menjadi developer properti," ujarnya.
Pada 2014, Yudianto mulai melunasi utangnya satu persatu. Hingga tersisa Rp 300 juta pada 2015. Di tahun itupun, ia berhasil menjual rumah yang ditinggali seharga 600 juta. "Awal 2015 utang saya sama dengan nol. Perjalanan tiga tahun dari 2012 sampai 2015 utang nol, tapi juga tidak punya apa-apa. Semua sudah habis terjual, termasuk rumah yang saya tinggali. Saya pun mengontrak rumah," tuturnya.